Peristiwa

Sepak Rago dan Merawat Tradisi Permainan Anak Nagari

356
×

Sepak Rago dan Merawat Tradisi Permainan Anak Nagari

Sebarkan artikel ini
Penampilan peserta dari Koto Tangah Padang, dalam festival sepak rago pada babak final, Senin (4/10).

Nilai yang kecil ada gaya Tapak Silang, gaya ini yang paling sederhana, hanya mengangkat mata kaki bagian dalam untuk mengangkat bola.

Sepak Rago
Penampilan Sepak Rago pada PKD Sumbar 2021 telah berkontribusi untuk mepertahankan seni tradisi anak nagari tersebut. Merawat tradisi ditengah tingginnya desakan permainan yang disediakan secara online.

Senin (4/10) sore adalah penampilan tim dari Koto Tangah, Kota Padang. Mereka terdiri dari 7 orang. Mengenakan pakainan hitam-hitam, celana ‘galembong’ layaknya pakaian pemain randai.

Kepalanya diikat, seperti mengenakan deta. Khas pengikat kepala anak sasaran di ranah Minang. Bola dilempar, melambung kian kemari. Melewati kaki pemain yang heboh diantara mereka.

BACA JUGA  Rumah Sakit Mulai Dipenuhi Korban Gempa di Pasaman Barat

Bola terbuat dari rotan yang dirajut seperti bola takraw. Tapi ini beda, dibuat dua lapis, dengan kulit lebih lembut.

Semula, rago adalah sebutan untuk bola berbentuk kubus yang terbuat dari anyaman daun kelapa muda yang berlapis-lapis. Namun saat ini, permainan ini lebih banyak menggunakan bola yang terbuat dari anyaman rotan dengan diameter 15 cm.

Penamaan rago juga mengadung nilai-nilai pemaknaan dari raga (kehidupan). Saat ini, permainan sepak rago umumnya dimainkan pada alek Nagari atau dimainkan sore hari oleh anak-anak muda untuk mengisi waktu luang

Tim kemudian membentuk lingkaran, masing-masing harus menunjukan kebolehan, mengangkat bola dengan kaki. Tidak boleh disentuh tangah. Bola juga tidak boleh jatuh ke tanah.

BACA JUGA  Mahasiswa Raib Diseret Arus Gelombang Pantai Ketaping Padang Pariaman

Untuk penilaian dalam festival, bolah jatuh termasuk dinilai kurang. Sementara nilai yang baik adalah, ketika menampilkan mengambil bola dengan posisi yang sulit. Seperti mengangkat bola sembari membelakangi kawan.

“Jadi nilai terbaik itu adalah Singgang dan Simpia rabah, ini nilainya poinnya tiga,”sebut Khairul.

Singgang artinya, mengabil bola dengan membelakang. Sedangkan Simpia Rabah, mengambil bola dengan membungkuk, tapi posisinya tetap membelakangi kawan.

Permainan ini dibutuhkan kekompakan. Dibutuhkan kebersamaan. Sehingga bola tidak jatuh. Tidak hanya mempertahan bola, tapi juga menampilkan ketangguhan, ketangkasan dan keindahan.

Comment