BUKITTINGGI -Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di belakang Pasar Atas Kota Bukittinggi resahkan warga. Pasalnya sampah yang belum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Payakumbuh itu mengeluarkan bau busuk.
“Bau busuk tumpukan sampah di TPS itu benar – benar menyengat hidung. Bahkan baunya radius puluhan meter,” ujar H Efi, salah seorang warga kawasan Pasar Ateh kepada wartawan, Rabu siang (9/6/2021)
Pantauan media ini ke lokasi, tumpukan sampah di TPS tersebut tidak terisi penuh. Menandakan sebagian sampahnya sudah diangkut ke TPA Payakumbuh.
Pengusaha sukses itu pun merasa heran, padahal anggaran pengelolaan sampah yang dialokasikan Pemerintah Kota Bukittinggi dikabarkan mencapai belasan miliaran rupiah per tahun. Namun pengelolaan sampah belum maksimal.
“Anggaran yang dialokasikan cukup besar, tapi pengelolaan sampah masih menyisakan masalah,” katanya.
Ia katakan, bau busuk dari tumpukan sampah tersebut baru beberapa bulan belakangan ini.
“Sebelum kepemimpinan wali kota Erman Safar sekitar tiga bulan lalu, bau menyengat seperti itu tidak ada,” ungkapnya.
Gusrianto, salah seorang karyawan perusahaan kebersihan Pasar Atas yang bertugas membuang sampah ke TPS tersebut juga mengeluhkan bau busuk sampah itu. Ia mengungkapkan, meskipun TPS itu kosong setelah Isemua sampah diangkut truck Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bukittinggi, bau busuk masih tetap ada.
“Masih tetap berbau meskipun TPS kosong atau sampah sudah diangkut semua,” katanya.
Ditanya, apakah petugas DLH tidak pernah membersihkan TPS itu disaat sampah kosong, Gusrianto menjawab tidak pernah. Malahan perusahaan pengelola tempat ia bekerja yang berpartisipasi sesekali membersihkan TPS agar bau bisa hilang.
“Sebetulnya membersihkan atau melakukan penyemprotan agar TPS itu tidak berbau busuk kan DLH. Kami berpartipasi turut membersihkan karena tak tahan bau busuk saja,” ujarnya.
Kepala DLH Syafnir dikonfirmasi media ini mengakui adanya bau busuk di TPS dimaksud. Hanya saja, terkait pengangkutan sampah tidak tuntas di TPS belakang Pasar Atas itu karena volume sampah memang mengalami peningkatan. Ia katakan, sampah biasanya 110 ton per hari, kini sudah mencapai 127 ton per hari.
Selain hal di atas, lanjut Syafnir, pihaknya juga terkendala kurangnya armada pengangkutan untuk membawa sampah ke TPA Payakumbuh.
“Kami punya armada hanya 15 unit. Butuh dua unit lagi, termasuk tambahan delapan orang petugas, satu sopir dan tiga orang petugas memungut sampah,” katanya.
Menurut dia, tumpukan sisa sampah di TPS belakang Pasar Atas tersebut juga dilakukan terakhir. Rute kendaraan pengangkut sampah sebelumnya mengangkut tumpukan sampah di TPS lain.
“Dengan demikian saat kendaraan angkut ke TPS Pasar Atas, separuh bak kendaraan angkut sudah terisi separuh. Sehingga ditambah separuh sampah TPS belakang Pasar Atas bak truck sampah sudah penuh,” kata dia beralasan.
Ia juga meminta perhatian masyarakat khususnya pedagang di Pasar Atas. Ia berpesan, buang lah sampah secara disiplin sesuai waktu yang ditentukan.
‘Jangan sampah sudah dipungut, lalu baru dibuang ke TPS,” harapannya.
Persoalan bau busuk di TPS tersebut tidak hilang meski semua sampah sudah diangkut, pengakuan dia, bangunan TPS itu selalu dibersihkan dan disemprot cairan penghilang bau.
“Kami lakukan penyemprotan penghilang bau dengan cairan M 4. Penyemprotan dilakukan sekali 15 hari,” akunya.
Syafnir menambahkan, terkait anggaran untuk pengelolaan sampah pada 2021 Pemko Bukittinggi telah mengucurkan dana APBD sebanyak Rp17 miliar. (ank)
Comment