Oleh Romy Sastra
MOMEN kesaksian di The Tavia Heritage Hotel Cempaka Putih tanggal 13 September 2025. Ratusan perantauan Minang Kabupaten Pesisir Selatan yang berdomisili di berbagai daerah berkumpul dalam rangka pelantikan Dewan Pengurus Pusat Perkumpulan Keluarga Pesisir Selatan DPP PKPS.
Bendera pataka dikibarkan dihadapan Ketua Umum yang lama periode sebelumnya mewakili DR. H. Alirmansori, SH. M.Hum. MM. dan Drs. Zulhendri Chaniago, MM. Alirmansori menyerahkan kepada Ketua Umum yang baru Adi Karsyaf, SH. MH. Diharapkan dapat memegang tanggung jawab untuk periode 2025-2030, dan sekaligus sekjennya Bakri Maulana SE.MP. yang penuh semangat menakhodai laju organisasi ke depannya, harapan kita semua.
Turut hadir segenap tokoh-tokoh Pesisir Selatan di antaranya: Hj. Lisda Hendrajoni, SE. M.MTr. anggota DPR RI, Anggota DPD RI Cerint Irraloza Tasya, dan Wakil Bupati Pesisir Selatan Risnaldi Ibrahim, serta para penasihat dan pembina dewan pakar DPP PKPS, DPW, DPD. Dihadiri juga oleh perwakilan DPP Gebu Minang, perwakilan DPP IKM dan para undangan yang lainnya.
Merantau bagi orang Minang adalah menyauk sako di ranah tak babako. Sebelum perantauan dihadang ke negeri orang, ia merenungi bayang-bayang diri dan merenangi sisi perjalanan dari kaba ada apa di seberang?
Sebuah harapan akan diraih di setiap individu atau pun keluarga demi menemukan berbagai tujuan hidup dan masa depan. Ada yang berdagang, ada yang bekerja di pemerintahan setelah menyelesaikan pendidikan, dan ada juga berkarir di perusahaan-perusahaan swasta, bahkan anak rantau itu bisa mendirikan perusahaan sendiri dan menciptakan lapangan kerja, sekaligus putra putri Minang sedari dulu menjadi pemikir untuk negeri ini.
Begitulah perantau Minang membawa lilin dari kampung semenjak kecil ia kaji pendidikan dari sekolah dan surau senja hari pun kerap beradaptasi di lapau-lapau membentuk cerita mengasah debat-debat kecil bagaimana kelak berorganisasi di kemudian hari.
Seorang perantau tangguh berlayar tak gamang di derasnya gelombang. Seorang perantau hebat, bagaimana sasok liar dirambah dijadikan lapangan dibangun kediaman sebentuk istana.
Akan tetapi, adat dari kampung tak dilupakan meski pucuk terus menjangkau langit, adat itu terus dibawa dan terus mengikuti langkah. Kultur yang kental selalu tersimpan di dada. Begitulah sebuah tujuan perantauan yang tak melupakan dasar di mana ia dilahirkan.
Motto yang tercantum di spanduk DPP PKPS “sakali aia gadang, sakali tapian barubah” bermakna tantangan di setiap regenerasi pemimpin dan segenap elemen pengurus organisasi.
Bagaimana menjalankan episode dari periode rentang waktu yang dicita-citakan ke depannya hingga 2030. Peribahasa di atas adalah semangat kata-kata melahirkan medan makna untuk menciptakan perubahan besar terhadap perjalanan organisasi PKPS tersebut. Tentu semua elemen saling sinergitas.
Bagiamana laju sebuah organisasi itu dapat berjalan dengan baik dan sukses? Ada lima pilar menurut saya pribadi, apa pun itu bentuk organisasinya yakni Gagasan atau Konsep, Finansial, selanjutnya SDM, Obsesi dan Kemistri
Pertama, gagasan atau konsep. Kenapa harus ada dalam lima pilar berorganisasi menurut saya? Dengan gagasan itu segenap pengurus dapat membangun inovasi dari waktu ke waktu menjalankan konsep yang direncanakan untuk direalisasikan bersama-sama.
Kedua, finansial. Tentu organisasi itu tidak akan berjalan atau mungkin stagnant, ironisnya akan vakum jika minyak tidak ada, tentu mesin kendaraannya tak berjalan. Ini tugas kita bersama dalam organisasi memikirkan itu. Tapi Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan baik dengan adanya maecenas personal dapat berkontribusi menghidupi organisasi. “Banyak jalan menuju Roma” bak pepatah.
Ketiga, SDM. Sumber Daya Manusia. Dengan adanya SDM yang kuat penuh inspirasi dari pemikiran-pemikiran serta pengalaman di seluruh pengurus dapat membaur membangun sebuah organisasi yang inovasi.
Biar organisasi itu tak hanya ramai di awal sebentuk seremoni saja, tapi organisasi dapat bekerja sebaik-baiknya dengan adanya raker duduk basamo-samo.
Semoga keberhasilan organiasi itu dapat dirasakan kepada anggota dan masyarakat pada umumnya, baik di rantau maupun di kampung. Sungguh banyak intelektual putra-putri Pesisir Selatan yang mumpuni dapat bersumbangsih dari hati yang terdalam.
Keempat, obsesi. Segala yang direncanakan demi kebaikan bersama tentunya dari sebuah obsesi. Baik itu obsesi datang dari pribadi-pribadi melebur ke dalam organisasi. Mau dibawa ke mana rumah besar ini? Tentu pertanyaan itu ada pada semangat kita bersama-sama.
Kelima, kemistri. Dalam konsep atau makna kenapa harus ada Kemistri? Tentu ini penting, ibarat membangun sebuah rumah berorganisasi, kita dituntut saling sinergi dan loyal “sambuang raso baiyo-iyo basamo-samo” dengan tujuan sebuah kemajuan.
Siapa lagi kalau tidak dari kita untuk kita, “sakali aia gadang, sakali tapian barubah” bisa jadi simbol dua sisi mata uang. Jika tongkat estafet terakhir buat pemimpin itu lemah, maka akan nihil keberhasilan yang dicita-citakan (hampa).
Tapi jika tongkat estafet terakhir buat pemimpin itu kuat, maka ladang amal ibadah dunia akhirat yang didapat kepada sosok pemimpin yang amanah. Bak kata pepatah “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang,
manusia mati meninggalkan nama”
Roh dari semua perkumpulan itu tiangnya adalah agama, sosial dan budaya. Dengan agama kita semua berpedoman tidak salah arah. Melahirkan manusia yang berjiwa sosial kepada sesama.
Diiringi nilai-nilai budaya membentuk peradaban yang indah. Inilah amanah yang harus dikaji dan diterapkan oleh yang membidangi sosial, budaya & agama tersebut oleh waketum harian DR. Syafrizal Dt. Lelo Bandaro beserta wasekjen Ahman Nurdin, harapan kita semuanya. Aamiin.(*)







