PADANG – Upaya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar memperkuat apatarut pemerintah terendah dalam pengolahan data pascabencana terus berlanjut. Hingga ini sebanyak 960 aparatur desa, nagari dan kelurahan sudah mendapatkan pelatihan.
Sudah tiga tahun berturut-turut, BPBD Sumbar membekali masyarakat dan aparatur desa, nagari dan kelurahan dengan kemampuan Hitung Cepat Pascabencana (Jitu Pasna).
“Sudah 960 aparatur setingkat nagari yang kita latih. Sudah mencapai 30 persen lebih dari sekitar 1.400 nagari, desa dan kelurahan di Sumbar,”sebut Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Sumbar, Suryadi Eviontri pada penutupan Bimtek Jitu Pasna Angkatan III di Imelda Hotel, Sabtu (11/9/2021).
“Kegiatan ini bertujuan mendorong peningkatan validitas data bencana. Meski bapak ibu sudah dibekali dengan kemampuan penghitungan data, kami berharap ilmu ini tidak dipergunakan, artinya tidak ada terjadi bencana,”katanya.
Kendati demikian, secara bertahap BPBD Sumbar tetap menargetkan di setiap desa dan nagari itu sudah ada yang memahami Jitu Pasna.
Pada 2021 direncanakan ada delapan angkatan yang dilatih. Masing-masing angkatan melibatkan sebanyak 120 peserta yang terdiri dari perangkat nagari, desa, KSB dan unsur media.
Sementara, narasumber dari Pusdiklat PB BNPB R. Hutomo, menyebutkan perhitungan cepat pengkajian kebutuhan pasca bencana (Jitu Pasna) sangat diperlukan dalam mengukur ketepatan data kerusakan dan kerugian. Ini juga untuk menghindari penyimpangan dan manipulasi data.
“Dengan Jitu Pasna ini akan didapatkan data yang akurat, sehingga kekeliruan dalam perhitungan termasuk penyimpangan dan manipulasi data dapat diminamalisir,” katanya
Selain itu katanya keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pendataan seperti terobosan yang dilakukan BPBD Sumbar dengan menyiapkan SDM yang menguasai Jitu Pasna dari tingkat kelurahan/nagari/desa patut diapresiasi.
“Karena mereka selain menguasai kondisi lapangan, dan ikut mengalami bencana yang terjadi di daerahnya masing-masing, mereka juga mampu menyiapkan data yang akurat,” tuturnya.
Lebih lanjut, pelatihan ini bukan sekali ini di Sumbar, tetapi sebelumya juga telah sering dilakukan.
“Saya ikut memantau dari pelatihan ini. Kecepatan laporan kebencanaan yang disampaikan, tidak hanya dalam bentuk poto atau dokumentasi bencana, tapi analisa kerusakan dan kerugian dari bencana yang terjadi,” terangnya.(Bdr)
Comment