Opini

Asa Papiko

518
×

Asa Papiko

Sebarkan artikel ini

Oleh : Dasman Boy Dt Rj Dihilie

(Wartawan Utama)

Pasca, 20 Februari 2025, pasangan kepala daerah (Kada) Kota Padang, Fadly Amran – Maigus Nasir resmi menjalankan tugasnya usai dilantik Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara. Sebagai Kada terpilih periode 2025 – 2030 presiden menegaskan, kita pelayan rakyat, abdi rakyat, maka kita bekerja harus keras untuk kepentingan rakyat, sebutnya

Terlepas euforia kemenangan, sebagai, sosok walikota yang masih muda dan energik, Fadly Amran tertantang ekstra kerja keras dalam mengomandoi Kota Padang, yang terdiri dari 11 kecamatan dan 104 kelurahan, dengan luas 695 kilometer meter persegi (m2). Di mana berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, Kota Padang ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 919.145 jiwa dan pada pertengahan tahun 2024, penduduk Padang sebanyak 939.851 jiwa.

Jika dibandingkan dengan Kota Padangpanjang, yang pernah dipimpin Fadly Amran satu periode sebelumnya hanya memiliki luas 23 kilometer meter persegi (m2).

Menurut Data Peta RT/RW kota berhawa sejuk ini hanya mencakup 2 kecamatan yaitu Kecamatan Padangpanjang Barat dan Kecamatan Padangpanjang Timur di mana terdiri dari  16 kelurahan. Mengacu kepada data BPS pada pertengahan tahun 2021, jumlah penduduk Padangpanjang sebanyak 59.998 jiwa.

Baik secara luas daerah maupun jumlah penduduknya memang jomplang (signifikan) sekali perbedaannya, antara Kota Padang dengan Kota Padangpanjang. Apalagi, Kota Padang berstatus sebagai ibukota Provinsi Sumbar, yang merupakan etalasenya Sumbar. Tentu pula dengan segala kompleksitas persoalan yang ada di kota yang berjuluk Kota Bingkuang ini.

Ditambah, pasca gempa dahsyat yang melanda Kota Padang ini tahun 2009, dengan 7,9 SR, sehingga berdampak terhadap eksodus penduduk dari wilayah barat ke kawasan timur atau Padang Pinggiran Kota (Papiko). Perpindahan penduduk itu tak terlepas dari kekhawatiran mereka akan ancaman gempa yang disertai tsunami. Tak pelak lagi, mulai berbatasan dengan Jalan Bypass ke arah ke timurnya dipadati perpindahan penduduk. Diiringi pula dengan pesatnya pembangunan perumahan oleh pengembang, walaupun mengancam ketersediaan pangan warga, karena peralihan lahan pertanian produktif jadi pemukiman.

Hal ini sekaligus memicu pertumbuhan ekonomi yang besar di kawasan Papiko, terutama di sisi kiri dan kanan Jalan Bypass tumbuh toko dan ruko bak cendawan tumbuh setelah hujan turun. Selama ini pembangunan kawasan timur kota yang terletak di sisi seedaran Bukit Barisan yang akrab disebut Papiko, selalu terpinggirkan pembangunannya.

Baik pembangunan fisik maupun non fisik, kemudian pembangunan insfrastruktur sarana jalan, jembatan, insfrastruktur pertanian dan insfrastruktur perekonomian. Padahal, Papiko ini penyangga sektor pangan Kota Padang, yang terdiri dari beras, sayur mayur dan palawija. Belakangan, di kawasan Papiko ini juga bertumbuh UMKM, kerajinan dan sebagian besar Kuliner.

Papiko merupakan kawasan agraris, yang membutuhkan sarana dan prasarana jalan dan jembatan, untuk angkutan hasil bumi dan pertanian.
Karena melihat fakta di lapangan, Papiko yang terdiri dari, Koto Tangah, Kuranji, Pauh, Lubuk Begalung Nan XX, Lubuk Kilangan, Bungus dan Taluk Kabuang, yang masih banyak tersentuh pembangunan sarana jalan dan jembatan.

Semua ini tak terlepas ditumpangkrn harapan kepada Maigus Nasir, yang notabene anak kamanakan Nagari Nanggalo, yang bisa membisikkan kepada Wako Fadly Amran. Sebab secara inplisit kurang tergambar dalam Sembilan Progul Fadly – Maigus. Tentu semu ini perlu dengan pendekatan adat dan budaya serta nilai – nilai kearifan lokal. Kenapa begitu, kawasan Papiko ini masih kental nilai – nilai kekerabatan adatnya. Oleh karena itu jangan sekali kali mengabaikan tokoh adat (pemangku adat – red).

Selain harus memperhatikan pemangku adat ini, di sisi “bajalan babuah batieh, malenggang babuah tangan”. Karena kekuatan finansial nagari untuk pemangku adat, yang  bersumber dari “Ka rimbo babungo kayu, ka sawah babungo ampiang, ka tambang babungo ameh, ka lawik babungo karang, ka sungai babungo pasie” telah dimonopoli pemerintah.

Idealnya,  finansial nagari yang bersumber dari ulayat nagari sekian persen hendaknya dikembalikan ke nagari. Semua ini Asa Papiko (harapan – red) mungkin terjawab dengan wacana mengembalikan Pemerintahan Nagari dalam administrasi pemerintahan kota. Setelah dirunut satu persatu dari Sembilan Progul Fadly – Maigus tak ada tergambar di dalamnya. Apakah Asa Papiko ini tinggal wacana, yang ditelan hingar – bingar euforia kemenangan.

Kenapa harus ditumpangkan Asa Papiko, kepada Maigus Nasir, sebab dia anak nagari di Papiko. Di lihat dari sisi kekerabatan adat, Pauh IX Kuranji, Pauh V, Kecamatan Pauh (Pauh Siampek Baleh) ayah, Nagari Koto Tangah mande dan Nagari Nanggalo Anak. Ditambah dia (Maigus) memahami adat, budaya dan nila – nilai kearifan lokal yang ada di Papiko.

Apalagi, Pauh dan Koto Tangah tak bisa ternafikan begitu, sebab secara historis adalah “pusek jalo pumpunan ikannya”. Kenapa tidak, sejarah membuktikan Hari Jadi Kota Padang yakni momentum penyerangan Loji Belanda di Muaro Padang yang dilakukan “Pandeka – Pandeka Pauh dan Koto Tangah, 7 Agustus 1669 silam.

Tentu saja masyarakat Papiko menginginkan Asa Mereka jadi atensi Pemko Padang yang digawangi Fadly Amran – Maigus Nasir di masa mendatang. Jangan hanya menjadi wacana ketika berjanji di tengah – tengah warga Papiko saat Pesta Demokrasi di Pilkada 2024 lalu. “Jangan ada Dusta di Antara Kita”. (*)

Comment

Opini

Oleh: Dasman Boy Dt Rj Dihilie (Wartawan Utama)…