Umum

Walaupun Telah Disosialisasikan, Masyarakat Awam Belum Memahami Apa itu Stunting?

413
×

Walaupun Telah Disosialisasikan, Masyarakat Awam Belum Memahami Apa itu Stunting?

Sebarkan artikel ini

PADANG – Upaya penurunan angka kasus stunting, memang tak segampang yang dibayangkan, walaupun pemerintah telah membuat kebijakan dari hulu hingga ke hilir. Bahkan, upaya informasi dan sosialisai telah dilakukan, namun belum sampai ke tingkat akar rumput yang memahami apa itu stunting.

“Contohnya, ketika saya melakukan melakukan sosialisasi ke salah satu daerah di Pasaman, di sana terungkap belum semua mayarakat mengetahui apa iru stunting. Masyarakat di sana mengklaim stunting itu penyakit karena palasik,” ujar Ahli Gizi Universitas Andalas (Unand) Dr Denas Symond saat BKKBN Sumbar menggelar pertemuan koordinasi forum jurnalis percepatan penurunan stunting tingkat Provinsi Sumbar 2022 di Hotel Pangeran Beach Senin (7/11/2022).

Dikatakan Denas, dampak dari stunting membuat tubuh anak kerdil dan tidak semestinya. Yakni, tanda bayi terpapar stunting iru panjangnya ketika lahir kurang dari 48 Cm. Dan Standarisasi lokal versi Indonesia.
Akan tetapi, tidak semua anak yang kerdil karena terpapar stunting. Nah di sini masyarakat awam tak memahami apa itu stunting.

Karena, stunting yang disebabkan faktor keturunan (genetik) hanya berkisar 20 persen. Sedangkan, sisanya 80 persen akibat faktor. makanan, karena kurangnya asupan gizi yang didapatkan anak.

“Anak dikatakan stunting jika dia lahir tubuhnya memiliki panjang yang kurang dari rata-rata bayi lokal di sana. Untuk di sini batasnya panjang bayi adalah 48 sentimeter,” kata dia.

Lebih lanjut Denas mengatakan, jika bayi kurang dari 48 sentimeter maka harus dilakukan upaya agar mendapatkan asupan gizi yang mencukupi dan orang tua fokus membantu di masa 1.000 hari pertama anak.

Baca Juga:  Peduli Gerakan Pramuka, Edy Oktafiandi Diganjar Penghargaan Lencana Darma Bakti

“Oleh karena itu anak harus mendapatkan ASI secara ekslusif dari sebulan hingga 6 bulan pertama dengan pola asuh yang benar. Banyak persoalan yang harus dilakukan bersama untuk mencapai target menekan angka stunting,” ucap Denas.

Akibat dari stunting ini akan dirasakan puluhan tahun ke depan, generasi negeri ini kalah bersaing dengan negara lain. Karena umumnya akan mengalami intelejensi yang rendah dibandingkan negara lain. Kemudian, nanti anak yang terpapar stunting di atas umur 50 tahun ke atas akan terserang penyakit generatif. Antara lain, penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan stroke.

Kadis Kominfo Sumbar Jasmanrizal mengatakan, masalah stunting bukan masalah sepele lagi, tapi menyangkut penerus tongkat estafet negeri ini ke depan.. Maka perlu pencerahan dan sosialisai yang maksimal akan bahaya stunting,. “Karena dampak stunting ini dampaknya akan terasa pada puluhan tahun ke depan,” ujar Jasmanrizal.

Pertemuan koordinasi forum jurnalis percepatan penurunan stunting tingkat Provinsi Sumbar 2022 ini melibatkan nara sumber Denas Syimond ahli gizi dari Unand Padang, Jasman Rizal Kadis Diskominfo Sumbar., dengan moderator Dr Nurhasan Syah

Pertemuan tersebut dibuka Sekretaris Perwakilan BKKBN Sumbar, Nova Dewita yang dihadiri puluhan media cetak, elektronik dan online di Kota Padang.

Sekretaris Perwakilan BKKBN, Nova Dewita mengatakan, pihaknya ditargetkan mampu menurunkan angka stunting di 2024 menjadi 14 persen dan pada 2023 di angka 16,33 persen.

Baca Juga:  Rakor Kabupaten dan Kota se Sumbar Minus Pemkab Solok, Jasman : Tak Menghargai Pemprov Sumbar

Sementara pada tahun 2021 angka stunting Sumbar masih di angka 23,3 persen dan tentu ini bukan angka yang kecil dan gampang untuk dilakukan.

“Ini butuh kerja sama seluruh pihak agar angka anak-anak pendek akibat kekurangan asupan gizi dapat ditekan,” harapnya. .

Beberapa upaya telah dilakukan dengan membentuk Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari bidan, kader PKK dan Kader KB. Mereka tersebar di seluruh desa yang ada di provinsi ini dan bertugas memberikan pendampingan kepada keluarga dalam mengantisipasi terjadinya stunting.

Mulai dari sosialisasi penyebab stunting serta upaya yang harus dilakukan keluarga dalam mengantisipasi terjadinya stunting dengan 19 indikator anak stunting itu.

Selain itu pihaknya juga membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai Wagub Sumbar Audy Joinaldy dan untuk di kota dan kabupaten diketuai Wakil Bupati atau Wakil Wali Kota.

“Tim ini bekerja sama bersama-sama untuk menurunkan angka stunting mulai dari tingkat provinsi hingga daerah,” katanya.

Dia mengatakan, pihaknya membuat program Dahsyat yakni Dapur Sehat yang memberikan informasi serta edukasi kepada masyarakat terkait bahan makanan lokal yang dapat mencegah stunting.

“Ada juga program bapak asuh yang untuk membantu keluarga berisiko untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang terkena stunting,” ulasnya. (drd)