Kota Jam Gadang Bukittinggi juga dijuluki Paris-nya Pulau Sumatera. Jadi, wisatawan berkunjung ke Sumbar, tak lengkap rasanya jika tidak menyambangi Kota Bukittinggi.
BUKITTINGGI — Sebagai kota tujuan wisata, Bukittinggi merupakan kota wisata sangat populer dan menjadi salah satu andalan pariwisata bagi Provinsi Sumbar termasuk juga Indonesia. Jika wisatawan berkunjung ke Sumbar, tak lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Bukittinggi. Kota Bukittinggi berada pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut, sehingga tak heran rasanya jika kota ini memiliki udara yang sejuk dan segar.
Secara geografis, Bukittinggi terletak dalam rangkaian Bukit Barisan yang membujur di sepanjang Pulau Sumatera. Dikelilingi dua gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Merapi.
Dengan memiliki luas wilayah 25,24 kilometer persegi serta memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan. Kota Bukittinggi juga memiliki potensi Budaya yang menjadi andalan daya tarik bagi wisatawan datang berkunjung.
Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar melalui Kadis Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora), Supadria mengatakan, sadar wisata yang ada di desa, diharapkan jadi isiator untuk penampilan atraksi wisata budaya tersebut.
Contohnya, wisatawan datang ke daerah Sanjai. Di sini, akan ada atraksi budayanya. Datang ke Kayu Kubu, jua ada atraksi budaya yang ditampilkan, tentunya atraksi yang berbeda. “Dinas Parpora hanya menfasilitasi. Sedangkan atraksinya, seperti tarian-tarian, pencak silat, tari gelombang, pasambahan dan lainnya itu bersumber dari masyarakat,” ujar Supadria.
Kegiatan khatam al Quran, terang dia, juga sangat menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Karena, yang dilakukan bukan hanya dari sisi agama saja, tetapi itu adalah sisi budaya yang dipertahankan. “Alek nagari khatam kaji (khatam quran) adalah atraksi yang luar biasa. Semua masyarakat pasti datang. Walau yang khatam hanya puluhan orang, tapi yang datang bisa ratusan orang. Ini perpaduan aspek pemerintahan, agam dan budaya,” terang Supadria.
Dikatakan, pemerintah akan memposisikan sebagai fasilitator. “Kita mesti memaknai hari jadi kota Bukittinggi sebagai suatu momentum evaluasi diri, jangan hanya sekadar acara seremonial untuk meramaikan acara saja,” ungkap Supadria.
Ketua DPRD Bukittinggi, Beny Yusrial mengungkapkan, pada tahun anggaran 2022 mendatang, akan dilakukan revitalisasi kawasan Benteng Ford de Kock. Revitalisasi kawasan ini untuk menjadikannya sebagai tempat yang bisa menceritakan sejarah kota wisata ini pada setiap pengunjung yang datang.
“Untuk detail revitalisasi kawasan Benteng Ford de Kock ini, kita serahkan pada ahlinya. Walau pandemi Covid19 ini belum diketahui kapan berakhirnya, kita mesti terus bersiap untuk menyambut kedatangan wisatawan di masa depan,” ungkap Beny di Bukittinggi, Sabtu, kemarin.
Untuk mendukung visi kebudayaan dari pasangan Erman Safar dan Marfendi, ujar Beny, juga disepakati pembangunan gerbang kebudayaan di Jalan Perintis Kemerdekaan.
“Kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan ini akan dijadikan fasilitas ruang terbuka bagi setiap elemen masyarakat untuk melakukan atraksi seni dan kebudayaah,” ungkap Beny yang juga kader Partai Gerindra Bukittinggi itu.
Tradisi makan bajamba, terangnya, juga akan dimasukan dalam agenda perayaan hari jadi kota Bukittinggi di 2022 nanti. “Semoga, upaya ini bisa jadi magnet wisatawan untuk datang berkunjung,” harap Beny.
Tokoh masyarakat, Inyiak Dt Nan Angek menilai, secara visi misi, H Erman Safar telah melibatkan niniak mamak dalam pembangunan pariwisata. “Iven mengangkat budaya Bukittinggi yang akan dijadikan andalan pariwisata, sampai saat ini belum terwujud mungkin karena terkendala pandemi Covid19,” ungkap Inyiak.
Sedangkan untuk daya tarik budaya Bukittinggi, contohnya dalam acara resepsi pernikahan. Mulai dari awal misalnya mulai acara tunangan hingga akad nikah dan pesta yang menggunakan seni anak nagari berupa randai, saluang dan tari piring. “Ini sudah tergabung dalam visi misi Erman Safar-Marfendi dan harapan dan diupayakan anggaran di tahun 2022,” ungkap Inyiak.
Dia berharap, ninak mamak di Bukittinggi, bersenergi dengan pemerintah. Istilahnya, Bajanjang Naik, Batanggo Turun, Bapucuak Bulek Baurek Tunggang. Dimana, niniak mamak berfunsi sebagai Pai Tampek Batanyo, Pulang Tampek Babarito.
“Selama ini diperhatikan, pelibatan niniak mamak dalam pembangunan sudah ada sejak wali kota dijabat Pak Djufri. Di era Pak Ismet Amzis, peran niniak mamak lebih banyak dilibatkan dalam kegiatan seremonial. Di era wali kota dijabat Pak Ramlan Nurmatias, niniak mamak makin tak dilibatkan dalam proses pembangunan,” ungkap Inyiak.
Di Bukittinggi ini, terang dia, ada gelar datuak bukan seorang niniak mamak. Dulunya, ninik mamak di Kurai ini sebanyak 126. Sedangkan sekarang, diperkirakan ada 200 niniak mamak. “Niniak mamak yang ratusan ini, dapat bersinergi dengan pemerintah seperti memberikan fasilitator dan mediasi yang berfungsi dalam rangka pembangunan Bukittinggi,” ungkap Inyiak. (bsm)
Comment