PADANG – Selama 37 tahun sejak 1983, Kota Padang, Sumbar kembali menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional. Sumbar sebelumnya menjadi tuan rumah pada MTQ ke XIII, kini tiba pada MTQ ke XXVIII atau ke-28.
MTQ ke XXXVIII di Sumbar akan dibuka Presiden Jokowi secara virtual. Pembukaan dipusatkan di Stadioan Utama, Sikabu Padang Padang Pariaman.
Menarik sejarah sebelumnya, MTQ ke-13 dilangsungkan di kawasan Rimbo Kaluang, saat ini Komplek GOR H. Agus Salim Padang. MTQ Ke-13 dibuka langsung oleh Presiden RI, Soeharto saat itu.
Dikutip dari laman HM. Soeharto Menggapai Tinggal Landas, Berikut kutipan sambutan Presiden Soeharto saat itu: “Dengan tidak terasa, kita sudah tiga belas kali mengadakan lomba seni baca Alquran. Dan kali ini Kota Padang menjadi tuan rumah.
Kita berysukur, karena MTQ telah menjadi bagian dalam kehidupan umat Islam di negeri kita. Hal ini sangat diperkuat ciri dan corak kehidupan keagamaan bangsa kita dalam negara yang ebrdasarkan Pancasila.
Dalam hal seni baca Al-Quran, kita mempunyai tempat yang terhormat di pentas dunia. Kita merasa bangga karena qari, qariah dan hafidz kita telah iktu memberi nama baik bangsa kita pada lomba seni baca Alquran di tingkat internasional. Semuanya itu menunjukan bahwa agama mendapatk tempat yang terhormat dan tumbuh di atas tanah yang subur di bumi Pancasila kita.
Namun, kita sadar bahwa yang kita musabaqahkan adalah kalam ilahi Al-Quran bukanlah buku nyanyian. Alquran adalah kitab suci. Karena itu, lebih dari sekadar membacanya, kita berusaha memahami isi kandungannya, mengambil petunjuk dan hidayat daripadanya, untuk hidup dan kehidupan kita sebagai orang seorang dan sebagai umat. Kita semua, dalam kesempatan seperti ini, tidak boleh lupa akan peringatan Nabi Muhammad, junjungan kita: “Celakalah orang yang membacanya tapi tidak merenungkan isinya”.
Karena itu, kit tidak cukup hanya menyelenggarakan lomba seni baca Alquran secara teratur saja. Ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada Alquran harus kita amalkan dalam memperkaya kehidupan masyarakat Indonesia moderen yang berdasarkan Pancasila.
Al-Quran mengajarkan kepada kita agar mengejar kemajuan dalam seluruh segi kehidupan kita. Karena itu Islam sangat memetingkan ilmu dan amal. Adalah kewajiban kita selaku umat Islam untuk terus menerus bejalar dan bekerja, demi peningkatan kehidupan kita dalam seluruh seginya, sehingga terwujud masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran, lahir maupun batin.
Sebagai bangsa yang sedang membangun kkita harus bekerja keras. Lebih-lebih dalam situasi seperti sekarang ini, dimana kita dihadapkan pada tantangan yang sangat besar, yaitu sutuasi dan perkembangan dunia yng tidak menguntungkan pelaksanaan pelaksanaan pembanguna bangsa kita. Karena itu, disamping bekerja keras kita pun harus menghemat.
Bagi kita sebagai umat Islam, anjuran hidup hemat bukanlah hal yang baru. Al-Quran sendiri sangat mengecam gaya hidup yang boros, gaya hidup yang bermewah-mewah. Kedua-duanya merupakan sumber kehancuran.
Hidup hemat tentu saja tidak sama dengan hidup kikir. Agama kita pun sangat mencela sifat kikir itu. Apalagi sifat kikir itu terwujud dalam keengganan kita untuk berkorban terhadap usaha-usaha yang sangat diperlukan masyarakat, yang sangat menentukan kehidupan masa depan bangsa kita.
Suatu hal yang sangat menggembirakan selama ini adalah, umat Islam pada umumnya memperlihatkan semangat yang tinggi untuk meningkatkan amah-amal sosial, baik dalam bidang dakwah. Pendidikan maupun sentuhan sosial.
Hal ini perlu kita tingkatkan. Saya yakin hal itu memang masih bisa ditingkatkan. Yaitu dengan melibatkan sebanyak mungkin umat Islam, terutama kalangan yang berpunya, dalam usaha-usaha sosial keagamaan khususnya dan sosial kemasyarakatan umumnya.
Usaha-usaha amal sosial umat Islam itu juga perlu kita kembangkan dengan memperluas jenis dan jangkauan kegiatannya, sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Dengan demikian umat Islam akan lebih memperteguh kehadirannya dalam kehidupan bangsa kita.
Pembangunan memang memerlukan pengerahan dan pengerahan segenap kekuatan bangsa kita dengan bimbingan pemerintah. Tanpa ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, pemerintah tidak akan dapat berbuat banyak. Sebaliknya, dengan ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, dengan kegairahan dan kepercayaan, dengan gotong-royong dan bahu membahu, tak ada beban pembangunan–betapapun beratnya– yang tak mungkin kita pikul.
Dengan mengambil hikmah dari penyelenggaraan MTQ ini, dengan merenungkan isi dan pesan Kitab Suci umat Islam itu, marilah kita tingkatkan usaha kita semua untuk membangun bangsa dan negara kita, menuju terwujudnya masyarakat Pancasila yang adil dan makmur di bawah naungan dan lindungan Tuhan Yang Maha Pemurah.
Akhirnya, dengan ucapan Bismillahirahmanirahmim, Musabaqah Tilawatil Quran Tingkat Nasional ke XIII saya nyatakan resmi dimulai.
Padang, 23 Mei 1983, Presiden Republik Indonesia Soeharto.(Bdr)
Komentar