PariwisataPeristiwa

Cara Nofrizal Bangun Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu jadi Tujuan Wisata Primadona di Limapuluh Kota

32
×

Cara Nofrizal Bangun Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu jadi Tujuan Wisata Primadona di Limapuluh Kota

Sebarkan artikel ini
Wali Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang Kabupaten Limapuluh Kota, Nofrizal (kanan) bersama Kabag Makopim Biro Adpim Setdaprov Sumbar, Budi Arief.Ist

PADANG – Di Sumatera Barat ada nagari yang menjadi terbaik 1 tingkat nasional regional Sumatera. Nagari ini berprestasi dengan kreatifitasnya membangun pariwisata.

Namanya,Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang Kabupaten Limapuluh Kota. Keberhasilan nagari ini diraih setelah diusulkan bertingkat dari kabupaten sampai provinsi. Provinsi juga megusulkan untuk nasional, hasilnya meraih juara satu oleh Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri).

Nagari tersebut dipimpin anak muda, Nofrizal. Terobosan yang dilahirkan menjadikan nagari yang dipimpinnya menjadi kawasan destinasi pariwisata unggulan di kabupaten tersebut.

Berbagai objek wisata baru bermunculan. Dampaknya, ekonomi masyarakat menggeliat. Dengan berbagai inovasi yang dilahirkan.

Nofrizal mengakui ada sentuhan Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar). Diberikan bimbingan dan sejumlah pelatihan.

Terutama dalam membenahi infstruktur penunjang. Selama ini bantuan yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota dan Pemprov Sumbar baru berupa pembinaan berupa pelatihan-pelatihan terhadap anak nagari.

“Kita sedang serius dengan pariwisata,”katanya, singkat saat menerima kunjungan rombongan Kabag Makopim Biro Adpim Setdaprov Sumbar, Budi Arief dan awak media, Senin (21/10).

Diketahui, sejumlah objek wisata sudah menjadi langgan bagi wisatawan provinsi tetangga, Riau. Seperti objek wisata Kayu Kolek. Juga ada destinasi wisata Sikabu Glamping, Bumi Sikabu, ada Nuansa, Latera dan Teras Bumi Sikabu.

BACA JUGA  Iven Trabas Jelajah Alam Saribu Rumah Gadang V, Panitia Perbaiki Jalan Usaha Tani Warga

Hadirnya destinasi wisata baru ini secara tidak langsung membranding nagari ini. Nofrizal mengatakan, wisatawan yang datang ke sejumlah destinasi wisata ini berasal dari Pekanbaru Provinsi Riau. Namun, akhir-akhir ini dengan harga tiket Padang-Malaysia murah, banyak juga wisatawan dari Malaysia yang berkunjung ke nagari ini.

Ironinya, Nagari sudah terkenal, UMKM sudah banyak juga tumbuh. Tapi bus pariwisata tidak masuk, karena jalan terlalu sempit.

Untuk jangka panjang dalam penyempurnaan pariwisata di nagari ini menurut Nofrizal perlu regulasi yang mengatur menjadikan nagari sebagai kawasan pariwisata. Perlu disiapkan juga tata ruangnya. Namun yang paling penting, butuh infrastruktur penunjang seperti jalan.

Pengembangan sektor pariwisata di nagari ini, sudah dimulai sejak 2018 silam. Di mana waktu itu sudah banyak dilakukan promosi wisata. Dampak dari promosi yang dilakukan, kunjungan wisatawan meningkat sejak 2021.

Meningkatnya kunjungan wisatawan berdampak munculnya destinasi wisata baru di nagari tersebut. Destinasi wisata tersebut ada yang dikelola melalui BUMNag. Ada juga dikelola oleh masyarakat.

Destinasi yang dikelola oleh BUMNag, yakni destinasi hutan pinus di ketinggian sekitar 700-800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Destinasi tersebut dikelola BUMNag Tanah Surga dengan singkatan “Folka Kapital atau Folka Cultura” pada tahun 2022 lalu.

BACA JUGA  Pelaku Pembunuh Nia Penjual Goreng di Padang Pariaman Ditangkap

Pengelolaan destinasi wisata hutan pinus oleh BUMNag Tanah Surga telah berhasil mengumpulkan laba bersih mencapai Rp168 juta setahun. Dana tersebut, 40 persen sebagai pendapatan asli nagari, 60 persen diputarkan oleh BUMNag itu sendiri.

Kini setelah menjadi kawasan wisata, wisatawan banyak datang, masyarakat yang punya lahan dan potensi, masyarakat mengembangkannya sendiri. “Tugas pemerintah membina saja melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis). Melalui pokdarwis masyarakat dilatih bagaimana melayani dan membuat tamu nyaman, mengemas produk yang memiliki daya jual tinggi,” terangnya.

Berkembangnya destinasi wisata ini nagari ini berdampak cukup besar terhadap pembukaan lapangan kerja. Mereka yang bekerja di sektor pariwisata di nagari ini sudah menerima gaji atau honor standar Upah Minimum Regional (UMR).

Dengan berkembangnya destinasi wisata di nagari ini, ke depan menurutnya, butuh regulasi berupa peraturan nagari, untuk memungut biaya retribusi. Karena kalau tanpa ada regulasi tersebut jika dipungut biaya bisa masuk kategori pungutan liar (pungli).

Khusus kearifan lokal, Nofrizal menyebutkan, setiap tahun sudah menganggarkan untuk kegiatan kesenian. “Kita punya Legusa (Lereng Gunung Sago) Festival yang dikembangkan oleh Karang Taruna dan penggiat seni. Festival ini disupport pemerintahan nagari dan sudah jadi kalender tahunan yang mampu menarik kunjungan wisatawan,” terangnya.

BACA JUGA  Saat Final IMTC Piala Sekjen Kemhan Berlangsung, Irawati Moerid Alami Laka lantas 

Datangnya wisatawan datang bukan berarti tanpa tantangan. Tantangan terberatnya dari penerimaan masyarakat. “Saya sebagai wali nagari harus siap dengan ketidaknyamanan yang muncul dari masyarakat. Adanya premanisme dan lainnya harus siap. Namun, masyarakat secara umum basic-nya ramah menerima tamu,” terangnya.

Inovasi yang dilahirkan di nagari ini ungkap Nofrizal, dengan memanfaatkan dana desa. Jika dulunya dana desa target penggunaannya untuk memperbaiki jalan dan irigasi. Namun, beberapa tahun terakhir pemanfaatkan dana desa yang diprioritaskan pemerintah pusat adalah untuk pengembangan pariwisata, BUMNag dan digitalisasi.

Nofrizal mengungkapkan, nagari ini sudah mulai memenuhi prioritas pemerintah tersebut sudah sejak tahun 2016. Pengembangan digitalisasi sudah dimulai sejak 2017. “Nagari ini menjadi pelopor digitalisasi. Kawan-kawan programer buat perkumpulan dan buat berbagai program digitalisasi,” ungkapnya.

Nofrizal menambahkan, nagari ini meraih penghargaan Desa Terbaik Nasional di Regional 1 Sumatera, karena salah satu yang dinilai Kemendagri pada penilaian tersebut pemanfaatan dana desa untuk belanja berkualitas.

“Secara umum yang dilihat, dana desa yang dikelola mampu memaksimalkan potensi ekonomi baru dan membuka lapangan kerja, serta digitalisasi desa dan kearifan lokal melalui program dan kegiatan. Kita sudah menerapkannya. Terkait tata kelola, di pemerintahan nagari ini kelengkapan dokumen administrasi pemerintahannya paling lengkap,” terangnya.(Bdr)

Comment