OlahragaPendidikan

Proses Menyiapkan Olahragawan, Dimulai dari Identifikasi Bakat

1558
×

Proses Menyiapkan Olahragawan, Dimulai dari Identifikasi Bakat

Sebarkan artikel ini

Catatan Perjalanan Prof Syahrial Bakhtiar ke Amsterdam Belanda dan Ghent Belgia (3)

PERJALANAN Prof Syahrial Bakhtiar dalam mengikuti Expert Meeting Talent Identification and Development (TID) dalam bidang olahraga, 8-12 April di Ghent University yang terletak di Kota Ghent Negara Belgia dan Han University Kota Nijmegen Belanda mengalami keterlambatan.

Hal itu disebabkan kami memutuskan untuk lebih cepat menuju Kota Ghent. Sehingga rasanya tidak konsentrasi unt menulis. Tepat pukul 12.00 siang waktu Amsterdam kami menuju stasiun bus yang juga stasiun kereta api Sloterdijk Amsterdam. Karena keputusan keberangkatan dipercepat disebabkan cuaca yang diperkirakan akan hujan sepanjang hari. Hal itu setelah berkomunikasi dengan Prof. Johan Pion, kami pun segera ditunggunya di Kota Ghent.

Saat pertemuan dengan Prof Johan,

Perkiraan cuaca tepat sekali, sewaktu kami sampai di Stasiun Sloterdijk mulai gerimis dibarengi hembusan angin yang cukup menusuk tulang. Risky dan Farah burgegas ke kantor perusahaan Bus Flix, alhamdulillah kami mendapatkan empat tiket menuju Kota Ghent untuk keberangkatan pukul 03.10. Karena harus menunggu lebih kurang dua jam dan cuaca masih kurang bersahabat kami mencari tempat yang mungkin lebih hangat ke stasiun kereta Api. Yang dapat dituju menggunakan lift dan sedikit kehujanan.

Prof. Johan terus memonitor perjalanan kami sambil mengingatkan bahwa bahan presentasi harus segera dikirim ke panitia besok pagi. Prof Johan merupakan salah satu pakar TID terkenal saat ini. Beliau menyelesaikan Studi Doktornya di Ghent University dengan promotornya pakar TID, Prof. Mathew Leonair, yang juga merupakan keynote speaker pada conference nanti. Prof. Johan sejak tahun 2007 mengajar di Almamaternya dan sebagai kepala Pusat Studi TID di Han University semenjak 2016. Prof. Johan, mantan atlet nasional senam negara Belgia. Pertemuan kami dengan beliau pertama kali pada tahun 2018 di Bangkok, ketika kami diikutsertakan oleh kolega dari Singapura untuk mengikuti conference international olahraga racket yang ke tujuh tahun 2018. Karena sampai Conference yang ke tujuh tersebut belum ada peserta dari indonesia yang hadir. Walaupun pendaftaran sudah berakhir satu bulan berkat usaha teman-teman dari Singapore kami dan Risky dapat bertemu Prof. Johan sebagai keynote pertama.

Baca Juga:  Kondisi Olahraga Sumbar Masih Kisruh, Dua Atlet PASI Hijrah ke Daerah Lain

Singkat cerita, begitu beliau selesai presentasi kami cegat beliau, untuk bisa bertemu bincang-bincang dengan beliau. Alhamdulillah kami diberi waktu sekitar dua jam lagi. Sesuai waktu yang ditentukan kami pun bicara di Restoran Hotel Arnoma Bangkok, Thailand. Rupanya beliau besok pagi harus segera kembali ke Belgia. Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan. Langsung mengundang beliau untuk memberikan orasi ilmiah kepada dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNP, guru penjas dan pelatihan kepada pelatih binaan KONI Sumbar pada ahir tahun 2018.

Ketertarikan kami terhadap ilmu tentang identifikasi bakat dalam olahraga yang merupakan intervensi keilmuan olahraga (sport science) awal dalam proses menyiapkan calon olimpian, atlet kelas dunia, haruslah dimulai dari sini. Akan sia-sialah upaya pembinaan apabila calon atlet yang dibina tidak tepat memilih dan menekuni cabang olahraganya. Disinilah kami baru mengenal bahwa Identifikasi bakat adalah sebuah sistem, yang didahului proses deteksi bakat, orientasi bakat, identifikasi bakat, seleksi bakat dan transfer bakat.

Baca Juga:  SMA Negeri 1 Gunuang Omeh Proaktif Ajak Siswa untuk Masuk UNP

Melalui proses deteksi bakatlah anak umur 7 hingga 12 tahun dibantu untuk menemukan olahraga yang cocok bagi mereka, dengan melakukan serangkaian tes antrophometri, kemampuan fisik dan tes koordinasi. Prof. Johan merupakan penemu Instrumen untuk sistem identifikasi bakat dalam olahraga terbaru dengan berbagai keunggulan. Menurutnya bakat adalah kemampuan genetik yang diperoleh individu dalam suatu populasi yang terbatas. Kemampuan tersebut merupakan unsur atau aspek yang unggul dari seseorang dibandingkan dengan teman sebayanya atau orang lain. Sehingga akan menggambarkan adanya perbedaan yang signifikan dari masing-masing mereka.

Berawal dari sinilah sebagai mantan atlet, pelatih dan berkesempatan memenej olahraga di provinsi, KONI dan Dispora. Kami berpendapat apabila kita masih belum mencoba menerapkan sistem identifikasi bakat, rasanya atlet kita belum bisa menambah cabang olahraga yang mampu meraih medali emas di olimpiade, yang sudah direncanakan ditingkat nasional. Seperti yang tertuang dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

Tidak terasa sudah empat jam perjalanan ke Kota Ghent, yang menempuh kota-kota yang cukup dikenal di Indonesia, melalui pelajaran sejarah sewaktu di SMP. Kota- kota tersebut Rotterdam, bagian negara Belanda dan Antewerpen bagian negara Belgia, kami sampai di stasiun kota Ghent. Welcome to GhentbBelgia, Assamualaikum begitu driver Grab yang berasal dari Irak menyambut kami. (bersambung)