Pendidikan

Pojok Diskusi Wartawan Bukittinggi, Berita Berkeringat masih Diminati Pembaca

170
×

Pojok Diskusi Wartawan Bukittinggi, Berita Berkeringat masih Diminati Pembaca

Sebarkan artikel ini

BUKITTINGGI – Wartawan Utama Dasman Boy Dt Rajo Dihilie mengungkapkan, wartawan terutama mereka yang berdomisili di daerah jangan terjebak menulis berita yang bersifat seremonial saja.

“Mulailah menulis berita yang dibutuhkan orang banyak contohnya menuliskan persoalan yang membelit rakyat kecil baik itu masalah pembangunan, infrastruktur hingga persoalan naiknya harga Sembako dan lain sebagainya,” jelas Datuk panggilan akrab Dasman Boy Dt Rj Dihilie S Sos, Kamis (21 /3 /2024).

Dengan mengurut persoalan dari bawah, tentunya akan ditemukan jawaban pasti untuk menyelesaikannya masalah publik. Apalagi, mengupasnya hingga tuntas, maka tak menutup kemungkinan akan menjadi referensi bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan. Sebab, dalam menulisnya si wartawan turun ke lapangan dengan berkeringat.

“Sebab, berita Berkeringat (berpeluh-red) sangat diminati pembaca. Karena bisa mengasah kemampuan, empati dan juga keseriusan wartawan tersebut dalam menjalankan profesinya,” kata Datuk,yang juga pengurus PWI Sumbar ini

Hal lain yang diingatkan alumnus Tabloid Bijak dan Harian Posmetro Padang itu adalah kontinuitas sebuah berita sehingga publik tahu ending dari sebuah persoalan yang dijadikan topik pemberitaan.

BACA JUGA  Disdik Sumbar Libatkan Ratusan Peserta Sosialisasi Takola e-RKAS BOS SMK 2019

Di akhir pembicaan dalam forum diskusi yang dihadiri sekitar 20 orang jurnalis Kota Bukittinggi itu, Dasman Boy menekankan perlunya wartawan menulis feature.

” Kemudian, dalam meningkatkan minat baca terhadap media, juga ada perlu melengkapi konten media dengan feuture. Karena melalui feature akan ketahuan kualitas atau style (gaya-red) seorang wartawan dalam menulis. Selain itu feature juga menjadi ungkapan rasa dan kepedulian wartawan pada masyarakat banyak,” jelasnya.

Selain itu, hendaknya sebagai wartawan mengharamkan berita copy paste (plagiat – red), karena akan merendahkan profesi si penulis sebagai wartawan.” Ngak ada salahnya kita mengambil data berita teman, akan tetapi alangkah baiknya diolah kembali dengan gaya bahasa kita,” saran Datuk.

* Tulisan Bisa Bunuh Satu Generasi

Napoleon Bonaparte yang sangat berjaya di Abad ke-18 berulang kali mengatakan kalau goresan tinta jurnalis lebih ditakutinya dibandingkan seribu musuh dan hujanan peluru?

BACA JUGA  Jadi Bintang Tamu di Radio 102,6 Padang FM, M. Fauzan Bercita-cita jadi Atlet ASEAN

Jawabnya adalah karena tinta wartawan saat dijadikan bahan propaganda dan disebarluaskan kepada publik justru akan memberikan dampak yang lebih besar ketimbang hujatan peluru yang hanya mematikan satu dua orang.

Berkaca pada hal di atas, sudah saatnya para jurnalis mampu memberikan sebuah kontribusi positif bagi daerahnya. Melalui tinta jurnalis, bangunlah kebersamaan, kekompakan dan sinergi dengan semua pihak.

“Bagi jurnalis, semua elemen adalah kawan. Semua kelompok adalah teman, jadi jangan sampai mereka yang berprofesi sebagai jurnalis membuat kelompok kelompok tertentu yang pada akhirnya akan membuat perseteruan,” demikian dikatakan oleh Teddy G Chaniago saat sharing pengalaman dengan wartawan Kota Bukittinggi.

Tak hanya mengingatkan pentingnya kebersamaan, Teddy yang sengaja datang dari Jakarta untuk memenuhi undangan dari Pro Jurnalismedia Syber (PJS) Kota Bukittinggi pun menyebutkan, profesi wartawan adalah profesi terhormat.

BACA JUGA  Muhadharah Cetak Siswa Hebat, Isrizal  Motivasi Siswa MTsN 1 Padang

“Karena profesi jurnalis sangat terhormat, maka jangan sampai kawan kawan merasa inferior saat berhadapan dengan nara sumber,” ucap Teddy.

Teddy yang sudah malang melintang di dunia goresan tinta di sejumlah daerah di tanah air tersebut juga mengatakan, mereka yang menjalani profesi jurnalis perlu meningkatkan kemampuan mereka dari waktu ke waktu.

“Bagaimana caranya? Adalah dengan belajar dan belajar serta jangan malu untuk bertanya,” urai Teddy.

Hal lain yang diingatkannya adalah masalah etika dan performance saat menjalani profesi tersebut.

Hamriadi selaku moderator yang juga ketua DPC PJS Bukittinggi, dalam kesempatan tersebut mengajak seluruh peserta untuk melaksanakan profesi jurnalis mereka sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.

“Pelatihan ini bisa memberikan gambaran yang jelas bagi kita para insan pers yang ada di Bukittinggi bagaimana cara kita mengelola sebuah informasi secara baik dan hasilnya bisa dipublikasikan serta memberikan impact yang jelas bagi Kota Bukittinggi,” katanya. (ham)

Comment