PADANG – Sejumlah kawasan di Sumatera Barat akan dilanda musim kering dan hawa panas. Untuk itu waspadai kebakaran hutan dan lahan, petani harus mensiasati musim tanam.
“Perlu disikapi ke depan, akan ada hawa panas. Mungkin akan ada musim kering. Berkumungkinan bulan Mei hingga 6 bulan ke depan. Ada kawasan-kawasan curah hujan rendah dan hawanya panas,”ungkap Gubernur Mahyeldi usai menggelar pertemuan dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Rabu (26/4) di Padang.
Dikatakannya, prediksi tersebut mendapatkan sejumlah daerah di Sumbar akan ada musim kering. Sedikit sekali musim hujan. Bahkan, kondisi itu diikuti dengan hawa panas yang meningkat.
“Untuk itu kami sudah arahkan, Dinas Kehutanan segera aktifkan tim pengendalian kebakaran hutan. Koordinasi dengan BMKG di Sicincin, sehingga tahu spot-spot yang rawan. Sehingga tidak ada titik-titik kebakaran utan dan lahan,”ujarnya.
Terkait dengan pertanian, Mahyeldi juga sudah memerintahkan Dinas Pertanian Sumbar, antisipasi segera. Segera memulai penanaman pertanian, terutama tanaman padi.
Disebutkannya, diperkirakan pada akhir April ini, sudah ada penanaman. Sehingga Juli nanti sudah ada panen.
“Seandainya ada kekeringan di beberapan lokasi, sehingga menjelang itu kita panen. Tentu pada bulan-bulan kekeringan jaminan ketersediaan pangan juga dapat dipastikan,”harapnya.
Dengan begitu katanya, ketersediaan pangan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan. “Kita juga sudah koordinasi dengan Bulog bagaimana memenuhi kebutuhan pangan saat seperti itu,”pungkasnya.
Sebelumnya, BMKG merilis hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih
terdampak gelombang panas atau “heatwave”. Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40°C yang telah berlangsung beberapa hari belakangan dengan rekor-rekor baru suhumaksimum di wilayahnya.
Badan Meteorologi Cina (CMA) melaporkan lebih dari 100 stasiun cuaca di Cina mencatat suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan instrumen untuk bulan April ini. Di Jepang “panas yang luar biasa” juga teramati dalam beberapa hari terakhir.
Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat sebesar 51,2 C pada 17 April 2023. Sedangkan 10 kota terpanas di Asia lainnya terjadi sebagian besarnya berada di Myanmar dan India. Di Indonesia, suhu maksimum harian tercatat mencapai 37,2॰C di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat pada pekan lalu, meskipun secara umum suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34॰C – 36॰C hingga saat ini.
Suhu panas bulan April di wilayah Asia secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu
matahari, namun lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina dan Asia Timur pada tahun 2023 ini termasuk yang paling signifikan lonjakannya. Para pakar iklim menyimpulkan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering.
Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam dengan dua penjelasan diatas secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas, karena tidak memenuhi kondisi-kondisi tersebut.
Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan
fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
Sedangkan secara indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2°C melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu hanya terjadi satu hari tepatnya pada tanggal 17 April 2023. Suhu tinggi tersebut sudah turun dan kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36°C di beberapa lokasi. Variasi suhu maksimum 34°C – 36°C untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November. (Feb)