Pariwisata

Butuh Dukungan Semua Pihak, Pariwisata Sumbar Dinilai Mahal dan Kurang Ramah

477
×

Butuh Dukungan Semua Pihak, Pariwisata Sumbar Dinilai Mahal dan Kurang Ramah

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Novrial pada pembukaan Bimbingan Teknis Pelaku Ekonomi Kreatif di Hotel Rocky Padang, Rabu (13/10/2021).ist

PADANG – Pariwisata Sumatera Barat masih mengalami kekurangan yang perlu dibenahi. Terutama dengan pandangan wisatawan terhadap Sumbar kotor dan kurang ramah. Untuk itu diperlukan komitmen bersama untuk mengubah pandangan tersebut.

“Ini survey yang menunjukan, dari 1.200 responden, ada komentar yang menunjukan kekurangan pariwisata kita,”sebut Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Novrial pada pembukaan Bimbingan Teknis Pelaku Ekonomi Kreatif di Hotel Rocky Padang, Rabu (13/10/2021).

Dikatakannya, secara umum ada empat pandangan wisatawan terhadap Sumbar. Pertama, Sumbar kotor. Menurutnya, jika mau jujur memang masih ada warga Sumbar yang kurang peduli dengan kebeersihan lingkungan. Puntung rokok berterbangan kemana-mana.

“Membuang sampah sembarangan di objek wisata,”ujarnya.

Untuk masalah ini solusinya, menuru Novrial melibatkan banyak pihak. Butuh komitmen bersama, semua pemangku kepentingan bisa mengubah pola pikir untuk berprilaku bersih.

BACA JUGA  Rombongan Study Tiru Dispar Sumbar Sigi Produksi Yande Batok Klungkung Bali

Kedua, pariwisata di Sumbar itu mahal. Menurutnya poin ini jika benar, tapi ada solusinya. Penyedia kuliner, diharapkan bisa memajang daftar harga. Atau menyediakan alasan kenapa barang atau makanan dijual mahal. “Jadi mereka yang mau beli sudah tahu dengan kemampuannya, jadi tidak terkejut saja, tidak merasa kena pakuak,”ujarnya.

Ketiga, kurang ramah. Poin ini, menurutnya orang Sumbar dinilai memiliki karakter tersendiri. Meski begitu dapat dimanfaatkan untuk menunjang pariwisata. Orang Sumbar itu paota (suka bercerita) itu di lapau-lapau.
Untuk pariwisata, orang suko ‘Maota’ tersebut bisa mempromosikan objek wisata dengan menceritakan satu objek tersebut. Sehingga menjadi menarik bagi orang untuk dikunjungi. Sehingga objek wisata yang biasa-biasa saja, ketika mendengarkan ceritanya orang tertarik, karena menjadi luar biasa.

BACA JUGA  TdS 2021 Lanjut, Persiapan Sudah Terkontrak

Kekurangan keempat adalah pariwisataSumbar dinilai kurang menarik. Penilaian ini diberikan karena, objek wisata di Sumbar suka meniru-niru. Mencontoh apa yang dibuat orang, kemudian dibuat pula serupa. Padahal, bisa dimodifikasi dengan keunikan tersendiri.

“Inilah kondisi pariwisata kita saat ini,”ungkapnnya.

Meski begitu, dari survey itu, memberikan gambaran orang datang ke Sumbar sebanyak 24 persen wisata budaya. Orang tertarik dengan budaya yang ada di Sumbar. Diikuti dengan kuliner sebanyak 17 persen, baru keindahan alam 11 persen.

Menurutnya, dengan hasil survey tersebut, menunjukan potensi wisata yang dapat dikembangkan itu lebih baik wisata budaya. Bagaimana menciptakan yang unik, memunculkan kembali budaya yang menari orang untuk datang menyaksikan.

BACA JUGA  Festival Pesona Adat Nagari, Hadirkan Destinasi Wisata Budaya

“Jadi marilah gali budaya kita yang unik dan menarik, kemudian hadirkan kembali. Namun ciptakan bagaimana orang dapat menyaksikannya,”ujarnya.

Sedangkan wisata kuliner juga memiliki daya tarik tersendiri. Karena, untuk kuliner orang-orang tertentu mau menyediakan waktu dan uang agar bisa menikmati makan enak. “Tak sedikit orang saat ini mau terbang ke Sumbar selama 3 hari untuk menikmati makan enak,”ungkapnya.

Sementara wisata alam Novrial, alam memiliki perubahan. Cenderung mengalami pengurangan kualitas. Kian lama, kualitasnya akan menurun. Untuk keindahan, setiap daerah juga memiliki keindahan tersendiri.

“Dari survey Sumbar memiliki alam indah, tapi ini tidak yang paling banyak menjadi alasan orang berkunjung,”ujarnya.

Bimtek tersebut berlangsung selama dua hari dari Rabu 13 Oktober hingga Kamis 14 Oktober 2021. (Bdr)

Comment