EkonomiPeristiwa

Tidak ada Jejak Perlakuan Manusia, Ahli Geologi Pastikan Batu Andesit Lubuk Alung Hanya Fenomena Alam Biasa

270
×

Tidak ada Jejak Perlakuan Manusia, Ahli Geologi Pastikan Batu Andesit Lubuk Alung Hanya Fenomena Alam Biasa

Sebarkan artikel ini
Bukan Cagar Budaya, Tidak ada Jejak Perlakuan Manusia di Batu Andesit Korong Surantih Lubuk Alung

PADANG – Keluarnya surat keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 548 Desember 2024 menetapkan 9 cagar budaya di daerah tersebut menjadi pertanyaan bagi para ahli. Alasannya ada dua objek yang ditetapkan dinilai tidak tepat menjadi cagar budaya.

Surat yang ditandatangani mantan Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur tersebut salah satunya menetapkan Jembatan Batang Anai sebagai cagar budaya. Sementara kontruksi jembatan tersebut baru saja direhabilitasi pada 2017 lalu. Struktur yang ada sekarang tidak lagi struktur jembatan yang dibangun pada zaman Belanda.

“Ini bisa menyesatkan nanti, struktur yang ada sekarang bukan peninggalan lagi. Tapi sudah struktur baru yang dibangun pada 2017 lalu, artinya baru sekitar 6 tahun. Mestinya tidak masuk dalam kategori cagar budaya untuk sebuah struktur,”sebut Ahli Geologi Sumbar, Ade Edwar, Minggu (25/5/2025).

Meski begitu Ade mengaku hal itu hendaknya menjadi kajian bagi orang budaya, terutama untuk cagar budaya. Apakah tepat struktur yang baru saja dibangun bisa dikategorikan menjadi cagar budaya.

Kemudian yang kedua, dalam surat tersebut juga ditetapkan bebatuan yang ada di Korong Surantih, Nagari Lubuk Alung, Padang Pariaman sebagai cagar budaya. Penetapan ini juga dinilai tidak tepat, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim geologi, tidak ada unsur budaya dari temuan bebatuan tersebut.

“Tidak ada sama sekali perlakukan manusia terhadap bebatuan tersebut, apa dasarnya kemudian tiba-tiba menjadi cagar budaya. Jika ada pola dari permukaan bebatuan itu murni dari hasil bentukan alam, secara alamiah,”ungkapnya.

Menurutnya, alasan untuk menjadi bebatuan di Korong Surantih tersebut menjadi cagar budaya cukup sumir. Karena tidak berdasarkan kajian secara teori yang valid.

Disebutkannya, jika batu tersebut dijadikan mejan untuk kuburan Syech Burhanuddin, maka mejan tersebut yang dijadikan cagar budaya. Buka sumber batunya yang menjadi cagar budaya.

Baca Juga:  Gelar Rampcheck, KAI Divre II Sumbar Komitmen untuk Keselamatan Angkutan Natal dan Tahun Baru

“Yang pasti, tidak ditemukan unsur budaya, atau perlakukan manusia,”ujarnya.

Kemudian, dengan alasan bahwa ada bentukan, seperti ukiran atau berbentuk pisau. Menurutnya, bentukan itu alami, karena perbedaan komposisi, karena lapuk. Membentuk keseragaman yang komplek.

“Mana ada manusia mengukir seperti itu, kemudian ditanam lagi,” ulasnya.

Juga dikatakan ditemukan berbentuk lesung. Ini juga terbantahkan dengan setelah adanya penelitian ahli geologi. Bentuk lesung itu terbentuk karena gumpalan batu tersebut melapuk dari tengah. Karena bagian tengah cenderung lebih lunak. Sehingg terbentuk cekungan yang kemudian dikatakan lesung.

“Jadi, itu tidak bisa dikatakan memenuhi kaidah, cagar budaya. Tidak memenuhi unsur perbuatan manusia sebagai cagar budaya,” pungkasnya.

Disebutkannya berdasarkan penelitian bebatuan di Korong Surantih Lubuk Alung berjenis batuan beku Andesit Basaltik, berbutir halus , disusun oleh mineral kuarsa, feldspar alkali, plagioklas.

Batuan berupa 3 lapisan Columnar Joint jenis Upper Colonnide dibagian atas – jenis Entablatur dibagian tengah – Lower Colonnide dibagian bawah yang menunjukkan sebagai aliran Lava lateral sebagai bagian dari tubuh Lava Dome yang bersumber dari terobosan magma melalui rekahan bumi (dyke).

Batuan beku Andesit Basaltik telah mengalami pelapukan mengulit bawang (Spheroidal Weathering) yang meninggalkan bekas guratan horizontal striations/ chisel mark dan nodul
lekukan lekukan garis dan cekungan. Struktur Columnar Joint Surantiah ini cukup sempurna dan lengkap serta melampar cukup luas. Diperkirakan penyebaran batuan Andesit Basaltik dengan strukur Columnar Joint meliputi wilayah radius ( 1 – 2 ) kilometer.

Tubuh batuan merupakan bentukan yang masih utuh dan alami tidak menunjukkan adanya tanda tanda indikasi adanya perlakuan manusia sebagai aktifitas perikehidupan dan
kebudayaan manusia sebelumnya sehingga Kawasan Batuan Andesit Colummnar Joint Lokasi Pertambangan IUP Azman tidak termasuk klasifikasi Objek Cagar Budaya.

Baca Juga:  Merasa Dianaktirikan, Warga Sangir Tumpangkan Harapan pada Indra Catri

Sementara, Kepala Bidang Pertambangan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumatera Barat, Edral Pratama, mengatakan fenomena unik di Korong Surantih, Nagari Lubuk Alung ditemukan setelah ada aktivitas penambangan di lokasi tersebut.

“Fenomena itu kan setelah adan penambangan terlihat, jadi dari awal tidak ada ditemukan,”sebutnya.

Dikatakannya, penetapan cagar budaya yang berdempetan dengan izin penambangan galian C tersebut karena perbedaan sudut pandang. Dari awal, secara geologi tidak ada ditemukan efek aktivitas manusia pada bebatuan di Korong Surantih, sementara potensi untuk penambangan ada.

Dengan dasar itu, maka, Dinas Energi dan Sumbar Daya Mineral (ESDM) memberikan izin untuk penambangan galian C. Tiba-tiba saat ekplorasi ditemukan ada pola menarik dari bebatuan tersebut, kemudian orang budaya menyatakan itu adalah cagar budaya.

“Waktu izin diproses sampai ditetapkan, ada waktu penyelidikan kami orang pertambangan, ada potensi batu yang bisa di eksploitasi dan ditambang. Sementara yang mengurus izin, sah mengikuti sesuai aturan yang berlaku. Terbitlah izin, izinnya legal, seiring dengan beraktivitas, ada fenomena yang menarik. Bagi goelogi, itu lumrah. Batu macam-macam, bentuk,” jelasnya.

Menurutnya, alur permukaan batu tersebut dimanapun di dunia ini, selalu ada. Karena terbentuk oleh proses alam. Dari surut pandang geologi, sah-sah saja batu tersebut di tambang.

“Diakui, ada bentuk batuan yang agak unik. Kami berharap, ada solusinya. Fenomena unik ini, terlokalisir. Kemudian aktivitas penambangan tetap jalan,” harapnya. (Bdr)