Budaya

IMLF 2025 Dibuka, Sumbar Didorong Jadi Pusat Literasi dan Destinasi Budaya Dunia

26
×

IMLF 2025 Dibuka, Sumbar Didorong Jadi Pusat Literasi dan Destinasi Budaya Dunia

Sebarkan artikel ini
Festival Literasi Minangkabau Internasional (IMLF) 2025 resmi dibuka PJ Sekdaprov Sumbar, Yozarwardi di Auditorium Gubernuran Sumatera Barat, Kamis (8/5) malam.

PADANG – Festival Literasi Minangkabau Internasional (IMLF) 2025 resmi dibuka di Auditorium Gubernuran Sumatera Barat, Kamis (8/5) malam. Kegiatan ini digelar oleh SatuPena Sumbar dan menghadirkan 32 pembicara dari dalam dan luar negeri.

Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar Yozarwardi Usman menyatakan, festival ini merupakan momentum strategis untuk memperkuat posisi Sumbar sebagai pusat kebudayaan dan literasi, sekaligus destinasi unggulan dalam promosi pariwisata, seni, budaya, dan kuliner Minangkabau.

“Kami meyakini kegiatan ini akan menjadi wahana penting dalam menjalin hubungan antarbangsa, memperkaya pemahaman lintas budaya, serta menumbuhkan semangat literasi yang inklusif dan progresif,” ujar Yozarwardi.

Ia menjelaskan, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi mencakup aktivitas kognitif yang mendalam, seperti menganalisis dan menciptakan makna. Literasi, menurutnya, harus menjadi alat untuk membangun peradaban yang dinamis dan kompetitif, sejalan dengan tantangan era Revolusi Industri 4.0 menuju 5.0.

Baca Juga:  Panggung PKPEK 2020 Medan Nan Bapaneh Pauh IX Dipukau Aktraksi Sipakrago

“Dengan kolaborasi yang kuat dan keterampilan literasi tingkat tinggi, Sumbar sangat potensial melahirkan karya berkualitas yang menembus batas budaya dan negara,” lanjutnya.

IMLF 2025 juga menjadi sarana promosi wisata Sumbar. “Silakan nikmati keelokan alam, kehangatan budaya, dan jangan lewatkan kuliner Minangkabau,” imbuh Yozarwardi.

Ketua IMLF sekaligus Ketua SatuPena Sumbar, Sastri Bakry, menyebutkan sebanyak 37 buku diluncurkan pada festival kali ini. Dari jumlah itu, 17 berasal dari Indonesia dan 20 dari luar negeri. Sebanyak 18 buku ditulis oleh penulis tunggal, sementara 19 buku merupakan karya kolektif, termasuk antologi puisi oleh 33 penyair dunia.

“Jumlah buku tahun ini meningkat dari tahun lalu yang hanya 32. Ini menunjukkan perhatian terhadap literasi menulis semakin besar dalam festival ini,” ungkap Sastri.

Baca Juga:  Jelang Lomba Basurah Adat, Tapian Suku Chaniago Matangkan Persiapan

Para penulis dijadwalkan memaparkan isi buku, proses kreatif penulisan, dan harapan dari karya yang diterbitkan. Sastri menyampaikan apresiasi atas capaian anggota SatuPena dalam dua tahun terakhir.

“Karya anggota kami kini bisa bersanding dengan penyair dunia. Ke depan, kita akan lihat siapa yang konsisten dan diperhitungkan di tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.

IMLF ke-3 ini diharapkan menjadi forum bergengsi untuk pertukaran ide, promosi karya sastra lintas budaya, dan penguatan jaringan penulis dari berbagai belahan dunia. (Bdr)