Opini

Pemimpin Hebat

921
×

Pemimpin Hebat

Sebarkan artikel ini

Budaya pemimpin di Minang, selalu memanfaatkan semua potensi yang ada, tak cukup hanya dengan orang – orang di sekelilingnya saja. Termasuk, dalam mengambil kebijakan, juga berkaca dengan kearifan pemimpin sebelumnya.

Oleh: Dasman Boy Dt Rj Dihilie
(Wartawan Utama)

KEARIFAN lokal Rang Minang selalu berkaca, dengan kebijakan pendahulunya. Sesuai ungkapan bijak pendahulu, maambik contoh ka nan sudah, maambik tuah ka nan manang.

Bahkan, ungkapan bijak ini masih dipakai Rang Minang hingga kini. Begitu juga dengan pemimpin di daerah ini dulu selalu bersinergi dengan semua elemen. Sebab, pemimpin – pemimpin sebelumnya sadar untuk membangun negeri tak sanggup hanya dengan satu kelompok saja.

Tapi, dengan menghimpun dan memanfaatkan semua potensi yang ada dalam negeri. Sebab, semua potensi itu ada azas manfaatnya. Karena seperti apa ciptaan Allah SWT itu pasti ada azas manfaatnya.
Nan lumpuh pangajuik ayam, nan pakak palatuih badie, nan buto paambuih lasuang. Dalam hal ini Rang Minang memanfaatkan semua potensi sumber daya manusia (SDM) yang ada, walaupun kurang secara fisik. Tidak hanya memanfaatkan potensi yang ada di sekitar kelompoknya saja, akan tetapi juga di luar kelompoknya.

Tapi, belakangan berkaca dengan sikap dari pemimpin provinsi ini sudah melupakan budaya pemimpin yang telah terlebih dahulu memimpin di daerah ini. Kenapa tidak. Sebelumnya, kepala daerah di provinsi ini untuk meningkatkan pembangunan di segala sektor, tak luput menghimpun aspirasi, masukan dan saran dari segala elemen. Apakah itu unsur akademisi, seniman, jurnalis, perantau, pelaku usaha, tokoh perempuannya dan potensi lainnya.

Maka, tak heran kepala daerah waktu itu menyempatkan waktunya untuk melakukan diskusi. Ia selalu membagi waktunya berdiskusi dengan segala unsur untuk membahas masalah masalah yang tengah dihadapi. Langkah ini untuk mencari solusi dan jalan keluar guna mengatasi permasalahan yang terjadi.

Di satu sisi pemimpin terdahulu, walaupun tak bercasing relijius tidak segan berdamai dan minta maaf, dalam menyikapi sebuah perbedaan pendapat. Yakni, tidak tagang badantiang – dantiang, dan kandua malewo lewo. Tapi kadang kala, tagang malewo dan kandua badantiang. Artinya, jika menyangkut kepentingan rakyat banyak, tak segan berdamai dan minta maaf. Bukan, tagang (kaku) seperti mandindiang sampai ka langiek.

Tapi kini, kepala daerah provinsi ini nyaris tak pernah tak terdengar melakukan kebijakan seperti itu lagi. Apakah kepala daerah sekarang tak membutuhkan masukan dan saran dari kelompok yang berada di luarnya. Apakah, membangun negeri ini akan sukses dengan kelompoknya saja. Apakah, unsur unsur yang berada di luar kelompoknya selalu dianggap lawannya. Seperti menghadapi dinding yang berhingga tak berbatas hingga ke langit.

Kemudian, tak ada salahnya pemimpin sekarang belajar dengan pemimpin sebelumnya. Walaupun, setiap pemimpin tersebut menghadapi tantangan yang berbeda dengan situasi dan kondisi yang berbeda pula. Bukan kurang mulia pula rasanya belajar dengan cara cara pemimpin masa lalu. Jika tak mau belajar dengan masa lalu. Bisa jadi pemimpin sekarang kepala daerah hebat. (**)

Comment

Opini

Oleh : Dasman Boy Dt Rj Dihilie (Wartawan…

Opini

Oleh: Dasman Boy Dt Rj Dihilie (Wartawan Utama)…