PADANG-Ketua Pengurus Provinsi IPF (Indonesia Pickleball Federation) Sumbar , Drs Tarmizi Mawardi mengaku prihatin dengan kondisi yang mendera olahraga Sumbar belakangan ini. Bahkan, kondisinya makin berlarut larut dengan egonya masing – masing.
Namun, yang jadi pertanyaannya dengan kondisi olahraga yang sudah cukup memprihatinkan ini apakah semua pihak terkait sudah duduk semeja. “Diharapkan semua pihak yang terkait berdada lapang dan kepala dingin untuk duduk bersama dan difasilitasi kepala daerah mencarikan solusinya,” ujar Tarmizi Mawardi, Sabtu (21/1 /2023).
Dikatakan Mawardi, selama ini ia belum mendengar nawaitu dari pihak pihak yang berkepentingan terkait olahraga Sumbar ini duduk bersama semeja,dalam mencarikan solusinya.
Sehingga bisa diketahui apa akar masalah yang mendera KONI Sumbar KONI Sumbar Tentu, diharapkan kepala daerah memfasilitasi pihak pihak yang berseteru. Dalam hal ini kepala daerah jangan terkesan tutup mata. Apalagi, jangan melakukan pembiaran.
Tidak saja, kepala daerah termasuk juga Komisi terkait di DPRD Sumbar untuk melakukan dengar pendapat untuk mengurai kisruh olahraga yang telah masuk kategori kusuik sarang timpuo. Juga dilibatkan insan olahraga Sumbar, seperti pemerhati olahraga, akademisi, jurnalis olahraga dan lain lain.
Jika dibiarkan berlarut larut singkarut marut KONI Sumbar ini maka pada gilirannya para atlet yang mengalami kerugian. Buktinya, baru baru ini sudah beberapa atlet Sumbar yang telah hijrah ke daerah lain. Seperti, dua atlet atletik Rafika ke DKI Jakarta dan Fouma cabang dosa lomba atletik pindah ke Aceh.
Bahkan, sebelumnya sudah ada juga atlet yang telah mencari hidup ke daerah lain seperti Binaraga Iwan Samurai, Suci Wulandari pesilat putri peraih medali emas SEA Games Manila Filipina 2019, pindah ke DKI Jakarta.
Kemudian, petinju Sumbar peraih medali emas Porwil di ajang Porwil Bengkulu 2019 Rola L Atika juga hijrah ke provinsi tetangga Riau. Juga dikabarkan, atlet Kempo Sumbar, Hari Prasmanto dikabarkan pindah ke daerah lain. Termasuk, atlet
Karate Sumbar, Hughes dan Fadila Rahmi juga merantau mengadu peeuntungan ke tanah Pasundan Jawa Barat.
Bahkan, dikabarkan atlet Gantole yang selalu mendulang medali emas di ajang nasional juga disukan bakal pindah ke daerah lain. Katanya, Yalatif atlet Gantole tengah santer disebut sebut bakal mencari peeuntungan ke daerah lain.
“Jika, kondisi KONI Sumbar masih dilakukan pembiaran seperti ini maka akan menjadi bom waktu bagi olahraga Ranahminang ini. Tak menutup kemungkinan kondisi olahraga kita mundur ke titik nadir paling bawah,” tutur Tarmizi.
* Belajar dari PON Surabaya
Padahal, insan olahraga Sumbar bisa belajar ke prestasi Sumbar di PON Surabaya 2. 000.” Tentu kita maambik contoh ka sudah, maambik tuah ka nan manang dari masa lalu olahraga Sumbar di PON Surabaya tahun 2000, “ucap Tarmizi, yang merantau ke New York AS ini.
Seperti kondisi olahraga Sumbar ketika mengikuti PON XV di Surabaya Jatim tahun 2000 silam. Saat itu merupakan sejarah kelam bagi kontingen Sumbar sepanjang mengikuti multi iven olahraga seantero negeri ini.
Sumbar mencatat hasil yang buruk. Tuah Sakato menjadi juru kunci dari 26 provinsi yang ikut saat itu, tanpa satupun medali emas yang bisa diraih. Hanya empat perak dan tujuh perunggu yang bisa digondol pulang.
Ranah Minang heboh, perantau merasa malu, awal milenium yang kelam bagi dunia olahraga Sumbar. Belum pernah Sumbar jadi peringkat paling buncit terbawah di arena PON, tapi kala itu cukup memalukan itu benar-benar terjadi.(drd)
Komentar