PADANG – Kaburnya data kebencanaan dapat menjadi awal bencana bagi aparatur pelaksana penanggulangan bencana. Untuk itu data kebencanaan adalah salah indikator penting dalam rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana.
Demikian terungkap pada Bimbingan Teknis Hitung Cepat Pengkajian Kebutuhan Pascbencana (Jitu Pasna) yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar.
Bimtek tersebut berlangsung selama empat hari untuk masing-masing angkatan. Tahun ini direncanakan ada 8 angkatan. Masing-masing angkatan diikuti sebanyak 120 peserta. Angkatan I dilangsungkan di Basko Hotel, Angkatan II di Kryad Bumiminang dan Angkatan III di Imelda Hotel, kemudian Angkatan IV di Emersia Hotel, Batusangkar.
Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Erman Rahman melalui Kepala Bidang Rehab Rekon BPBD Sumbar, Suryadi Eviontri menegaskan dengan pelaksanaan Jitu Pasna akan membantu aparatur dalam melaksanakan penyaluran bantuan serta rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Jangan nanti, setelah penanganan bencana selesai, akan menimbulkan bencana bagi aparatur,”ujarnya, Jumat (10/9/2021).
Dijelaskannya, kemungkinan itu dapat terjadi karena, data yang digunakan untuk memberikan bantuan tidak tepat. Ada manipulasi data. Sehingga dianggap kesalahan oleh penegak hukum.
“Ini yang menjadi persoalannya, ketika pekerjaan selesai, aparatur berurusan dengan hukum. Tanpa mempertimbangkan hasil karyanya. Makanya kami butuh data yang tepat dan benar,”ulasnya.
Khusus untuk Jitu Pasna tersebut, katanya Sumbar yang menginisiasi agar semua aparatur di tingkat pemerintahan terendah dapat menghitung perkiraan kerugian dan kerusakan yang terjadi akibat bencana.
“Kami tahu, bawah perangka desa, nagari dan kelurahan berada di lapangan. Maka datanya akan lebih akurat,”pungkasnya.
Bimtek Jitu Pasna tersebut diikuti oleh aparatur perangat desa, nagari dan kelurahan. Selain itu juga diikuti oleh sejumlah awak media.(Bdr)
Comment