BUKITTINGGI – Komplek Pesona Wisata Indah (PWI) di Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat terus berinovasi mengembangkan berbagai wahana guna memanjakan pengunjung yang berwisata ke objek wista itu, meskipun saat ini masih suasana pandemi Covid-19.
“Ya, saat ini, pengunjung jauh berkurang dibanding sebelum pandemi, namun kami terus berupaya mengembangkan PWI ini. Tujuannya tidak lain agar kedepan wisatawan semakin betah berlama-lama sambil menikmati berbagai wahana dan panorama alam yang menakjubkan,” ujar pemilik komplek PWI Ismail, saat berbincang bersama media ini di objek wisata itu, Senin Malam (22/2/2021).
Ismail didampingi beberapa orang pengurus PWI melanjutkan, disuasana wisatawan yang tak begitu ramai ini, dirinya berencana mengembangkan objek wisata alam itu dengan membangun puluhan unit penginapan bernuansa cotage atau penginapan mirip vila.
“Kebetulan kami masih punya area lebih. Dalam waktu dekat ini, akan dibangun sedikitnya 60 unit penginapan seperti pondok atau rumah kecil yang terpisah satu dengan lainnya. Insha Allah sebelum lebaran Idul Fitri tahun ini, semua penginapan tersebut ditargetkan sudah berdiri semua,” ujarnya.
Komplek PWI berlokasi di bawah objek wisata panorama dan Lubang Japang, dibatasi lembah hijau, dikelilingi berbukitan pasir serta di bawahnya dialiri sungai Ngarai Sianok, dipastikan membuat wisatawan betah. Apa lagi dibarengi udara sejuk yang jauh dari polusi.
Selama kurang lebih enam tahun berdiri, PWI selalu ramai dikunjugi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun manca negara. Area yang tekenal dengan sebutan Lapau (warung) Inyiak itu sudah dilengkapi berbagai sarana seperti wahana permainan anak, taman bunga, mobil antik, taman burung, rumah lontiak, berbagai latar belakang swa foto, surau atau mushalla, rumah pohon dan rumah daun.
“Rumah daun atau rumah rumput berfungsi bagi wisatawan yang menginap. Tepatnya fasilitas penginapan keseluruhan saat ini sebanyak 9 unit,” sebutnya.
Selain itu, tepat di tengah Komplek PWI, dulu dibangun kapal Malin Maundang dimana sebagian bangunan kapalnya difungsikan sebagai tempat memasak atau dapur. Di sekeliling area komplek PWI seluas 5,5 hektare tersebut juga dibangun beberapa palanta (bangku) tempat bersantai, dangau (gazebo) dan rumah makan ala lesehan serta ruang pertemuan (meeting). Dilengkapi pula wireless fidelity (Wi-Fi) bebas penggunaan.
“Dulu tepat di tengah area komplek, kita bangun sebuah kapal yang diberi nama Malin Maundang. Namun seiring waktu, karena berbagai pertimbangan dibongkar. Sebagai gantinya kami bangun kolam renang. Sementara ini, baru selesai patung kepala singa yang berfungsi sebagai air mancur dan selanjutnya menyusul pembangunan kolam renang,” terang pengusaha muda itu seraya mengatakan, pembangunan kolam renang diperkirakan selesai berbarengan dengan pembangunan puluhan unit penginapan.
Terkait kuliner, kata Ismail, bagi pengunjung tersedia makanan dan minuman ala kampung. Semua jenis kuliner yang dipesan wisatawan dijamin bebas bahan pengawet.
“Misalnya saja minuman, kami menyediakan minuman khas daerah minangkabau ala kampung diantaranya teh telor, teh telor tape, kopi manis, teh manis, jus dan berbagai minuman lainnya. Sementara makanan tersedia nasi goreng cinta berlogo “love,”,” jelasnya.
Ditanya bagaimana peningkatan wisatawan yang berkunjung ke komplek PWI, salah seorang pengurus, Hendra, mengatakan, berhubung masih adanya pandemi, wisatawan yang datang mengisi hari liburnya sangat jauh berkurang.
“Wah, minat wisatawan yang berlibur kesini, terhitung sejak adanya pandemi sangat jauh berkurang. Penurunan diperkirakan hingga 80 hingga 90 persen,” ucapnya.
Kendati wisatawan jauh berkurang, lanjut dia, tentunya pendapatan juga jauh menurun. “Tetapi situasi demikian itu, tetap kami terima dengan lapang dada atau kesabaran. Benar tidak seramai sebelum pandemi, namun Alhamdulillah setiap hari selalu ada pengunjung. Sebaliknya dengan adanya pandemi, kita tidak seharusnya pula pesimis sebab pasti ada hikmah yang dapat kita petik,” katanya diamini Ismal dan pengurus lain. (ank )
Comment