Oleh : Hamriadi SSos. ST
Menjadi kepala daerah dengan tujuan ingin menjadi penguasa, atau ingin mengabdikan diri ke rakyat. Tidak bisa orang mengetahuinya, kecuali Tuhan dan orang yang maju menjadi kepala daerah itu sendiri mengetahuinya.
Terkadang, untuk mendapatkan sesuatu itu, orang berlomba-lomba menghalalkan segala cara. Salah atau benar tidak dihiraukan, asal menang biarlah, bagi mereka yang ingin menjadi penguasa, hal itu adalah sesuatu yang biasa.
Beda bagi mereka yang ingin menjadi pemimpin untuk mengabdikan diri ke rakyat. Mereka yang ingin mengabdi diri untuk rakyat, akan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Karena yakin kalau Tuhan mengizinkan niat tulus hanya untuk mengabdikan diri kepada rakyat, tidak perlu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan pemimpin itu.
Kepribadian menghalalkan segala cara dan kepribadian menyerahkan sesuatu kepada Tuhan setelah berusaha, tinggal selangkah lagi akan diketahui. Masa tenang tanggal 6 – 8 Desember 2020 setelah kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada), akan melihat kan mereka yang ingin menjadi kepala daerah untuk berkuasa, dan mereka ingin menjadi kepala daerah untuk pengabdian ke rakyat.
Di masa tenang setelah kampanye, mereka yang tadinya ingin menang di kontestan di pemilihan kepala daerah, dengan tujuan untuk berkuasa akan terus memanfaatkan masa tenang untuk menarik simpatik masyarakat pemilih. Berbeda dengan kontestan yang maju untuk mengabdikan diri kepada rakyat jika menjadi pemimpin.
Masyarakat tentunya agar bisa menilai dengan baik dan benar. Jadilah pemilih yang tidak salah pilih. Jika pada masa tenang, masih ada pasangan calon (Paslon) berupaya menarik simpati masyarakat pemilih, berfikir lah kembali untuk memilih paslon tersebut.
Pasalnya, bisa jadi paslon tersebut berkeinginan sekali menjadi pemimpin atau kepala daerah bertujuan menjadi penguasa. Alasannya, perbuatan untuk menarik simpati masyarakat pemilih tidak dia sebagai Paslon, tetapi tim dari Paslon yang melakukannya.
Mengatasnamakan tim Paslon berbuat demikian, berkemungkinan tentu ada arahan dari sang Paslon. Kalau ide dari tim yang pandai-pandainya sendiri, atau loyalitas tinggi, bentuk tim bermilitansi tinggi terhadap sang paslon, tentu saja paslon melarang tim berbuat demikian.
Maka dari itu, masyarakat pemilih agar cermat dalam menentukan pilihan. Jangan salah pilih, memilih pemimpin yang ingin berkuasa dengan pemimpin yang ingin mengabdi untuk rakyat, jauh berbedanya. Hati-hati lah masyarakat pemilih. Politik uang dan serangan fajar sebelum pencoblosan Rabu tanggal 9 Desember 2020, godaan tersebut bisa saja datang.
Tentukan sikap dengan baik dan benar, jangan mudah tergiur dengan lembaran rupiah berapa pun nilainya. Pilih lah pemimpin yang ingin mengabdi untuk rakyat. Jangan memilih pemimpin yang dia sebagai calon pemimpin, tim atau nama lainnya tetap menarik simpati masyarakat pemilih di masa tenang, karena dapat di kategori terpilih jadi pemimpin, bukan lah pemimpin yang ingin mengabdi kan diri untuk rakyat, tapi pemimpin yang ingin berkuasa.
Ingat, lima tahun itu bukan waktu yang singkat jika salah pilih. Lima tahun itu akan menjadi lama, karena dipimpin oleh pemimpin yang jabatan tersebut didapatkan dengan menghalalkan segala cara tanpa mengidahkan aturan. Pemimpin ingin berkuasa, rakyatnya hidup akan terasa tertindas. Jangan salah pilihan di bilik suara 9 Desember 2020.(*)
Comment