Oleh: Dasman Boy Dt Rj Dihilie
(Wartawan Utama)
TANGGAL, 20 Februari 2025 Presiden Prabowo Subianto telah melantik 961 kepala daerah (Kada) secara serentak di Istana Negara, termasuk 18 Kada yang berasal dari Sumbar.
Sebanyak, 18 Kada itu terdiri dari 11 gubernur, bupati dan wakilnya serta 7 walikota bersama wakilnya. Namun, minus Kada dari Pasaman Barat dan Pasaman karena masih bersengketa di Mahkamah Konstitusi (MK) RI, yang keputusannya bakal diumumkan 24 Februari 2025.
Setelah pelantikan di Istana Negara Jakarta, akan dilanjutkan dengan retret di AKMIL Lembah Tidar Magelang Jateng. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) di bawah kepemimpinan Era Presiden Prabowo,mengusung Kabinet Merah Putih (KMP).
Di retret yang digawangi Mendagri Tito Karnavian tersebut, jelas saja Presiden Prabowo berpesan, jangan ada lagi Kada yang tidak patuh dengan kebijakan pusat. Begitu selanjutnya jangan ada lagi, Kada yang terdiri dari bupati dan walikota yang tak seiring kebijakan gubernur. Apalagi, belum sampai setahun pasangan Kada seiring sejalan, lalu “Pacah Kongsi”(tak seiring sejalan – red). Tentu hal ini akan merugikan masyarakat yang dipimpinya.
Saat pelantikan tersebut, Presiden Prabowo dengan jelas dan tegas menyampaikan, “kita terpilih menjadi Kada berasal dari partai yang berbeda – beda, namun kita dipilih rakyat. Dan adalah pelayan rakyat, kita abdi rakyat. Oleh karena itu kita harus bekerja keras untuk rakyat, sebut Prabowo.
Secara politis bisa diartikan pesan presiden, setelah terpilih jadi Kada hilangkan kebiasaan mengkotak – kotakan masyarakat. “Mereka orang sianu, dia mendukung sianu ketika Pilkada dulu”, hilangkan kalimat seperti itu, yang ada mereka rakyat kita, yang harus diperjuangkan kesejahteraannya.
Pesan Presiden Prabowo, menegaskan kepada kepala daerah yang terpilih harus bekerja keras untuk rakyat. Kada dituntut jangan berpangku tangan yang mengacu saja kepada kemampuan keuangan daerah APBD. Di sini galibnya, Kada dimintak kreatif dalam melahirkan terobos demi kemajuan daerahnya masing-masing.
Apalagi, kepala daerah (gubernur) Sumbar yang merupakan perwakilan pusat di daerah tentu kontribusinya diminta lebih kreatif dalam memajukan Ranah Minang ini. Jangan hanya “Asa kapeh jadi Banang (biasa – biasa saja – red). Maka dalam hal ini mereka dituntut memiliki network (jaringan – red) kapan perlu jalin jaringan ke luar negeri, jangan hanya signalnya hingga ” batas Kota Padang ” saja sudah hilang.
Kemudian, terhadap Kada terpilih presiden juga mengisyaratkan, agar Kada bekerja keras untuk berkarya, apakah itu karya yang bersifat fisik dan non fisik. Pepatah bijak menyebutkan, ” gajah mati maninggalkan gadiang, Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan hasil karya”.
Seperti gubernur sebelumnya, Bandara Internasional Minangkabau (Zainal Bakar), Masjid Raya Sumbar (Gamawan Fauzi) lalu Gubernur Mahyeldi “manembak ateh kudo” hanya sekadar jmenukar namanya menjadi Syech Khatib Al Minangkabau wi, lalu Main Stadion Sikabu Lubuk Alung – mangkrak – (Irwan Prayitno) kemudian Gubernur Mahyeldi,…???
Oleh karena itu tentu ditunggu hasil karya kepala daerah hasil produk Pilkada 2024 lalu, baik fisik maupun non fisik. Apakah itu hasil karya non fisik, bakal diingat terus rakyatnya, apalagi hasil yang bersifat fisik, akan jadi monomen sepanjang massa. Bahkan, bisa menjadi monomental kalau hasil karya tersebut cukup populer di mata rakyatnya. Sebagai pelayan rakyat, pengabdi rakyat, tidak hanya cukup dengan pencitraan, tapi dituntut bekerja keras seperti pesan presiden. Selamat bekerja pelayan rakyat dan abdi rakyat, janganlah dimeminta dilayani, apalagi jadi raja di daerah masing-masing. (*)
Comment