PADANG – Pemungutan suara Pilkada serentak 2024 telah dilaksanakan Rabu (27/11) sudah berlangsung. Berdasarkan perolehan suara sementara, terdapat delapan incumbent atau petahana yang bertumbangan.
Berdasarkan hasil sementara pemungutan suara tersebut, kekalahan incumbent tersebut terjadi di Kota Padang, Pesisir Selatan, Bukittinggi, Sawahlunto, Pasaman Barat, Agam, Limapuluh Kota dan Pasaman.
Pada Pilkada Padang, yang diikuti pasangan M Iqbal – Amasrul, dan juga Hendri Septa sebagai incumbent yang berpasangan dengan Hidayat dikalahkan Paslon Fadly Amran-Maigus Nasir.
Di Padang Pariaman pasangan petahana Suhatri Bur-Yosdianto tumbang dalam hasil perhitungan sementara. Sekarang suara terbanyak diraih pasangan John Kenedy Aziz-Rahmat Hidayat.
Begitu juga di Kota Pariaman, pasangan petahana Genius Umar-M. Ridwan juga tertinggal pada perhitungan suara sementara dengan pasangan Yota Balad dan Mulyadi.
Di Kabupaten Pesisir Selatan, Rusma Yul Anwar yang berpasangan dengan Nasta Oktavian dikalahkan Hendrajoni-Risnaldi Ibrahim.
Di Pilkada Bukittinggi berhasil dimenangkan Ramlan Nurmatias-Ibnu Asis. Mengalahkan pasangan, Marfendi-Fauzan Haviz, Nofil Anoverta-Frisdoreja dan Erman Safar-Heldo Aura.
Pada Pilkada Sawahlunto, pasangan Riyanda Putra–Jeffry Hibatullah berhasil mengalahkan incumbent Deri Asta yang berpasangan dengan Desni Seswinari.
Di Kabupaten Pasaman Barat pasangan Yulianto-M Ihpan meraih suara terbanyak, mengalahkan Daliyus K-Heri Miheldi dan juga Hamsuardi sebagai incumbent yang berpasangan Kusnadi.
Pilkada Agam dimenangkan Benni Warlis-Muhammad Iqbal, mengalahkan pasangan Guspardi Gaus-Yogi Yolanda dan juga Andri Warman yang berpasangan Martias Wanto.
Di Pilkada Limapuluh Kota, Safni-Ahlul Badrito Resha unggul sementara dibandingkan pasangan Deni Asra-Riko Febrianto, incumbent Safaruddin Dt. Bandaro Rajo yang berpasangan dengan Darman Sahladi dan juga pasangan Rizki Kurniawan-Ferizal Ridwan.
Hal serupa juga terjadi di Pilkada Pasaman, pasangan Welly Suhery dan Anggit Kurniawan Nasution berhasil mengalahkan pasangan Mara Ondak-Desrizal dan incumbent Sabar AS yang berpasangan Sukardi.
Pengamat Politik Universitas Andalas (Unand) Aidinil Zetra mengatakan sebenarnya peluang para incumbent memenangkan Pilkada lebih besar.
Karena mempunyai peluang lebih lama dengan persiapan yang lebih panjang. Apalagi, logistik yang lebih siap dan dukungan dari berbagai jejaring.
“Dengan jabatannya sebelumnya, dalam 5 tahun atau beberapa tahun sebelum Pilkada mereka (incumbent) harusnya dapat memamfaatkan kekuatannya, apalagi dukungan dari pemerintah daerah sendiri, dalam bersosialisasi dan sebagainya,” sebutnya saat dihubungi, Kamis (28/11).
Namun ada anomali, banyak incumbent yang tumbang. Hal ini, jelas Aidinil Zetra biasanya itu karena lawan politik yang muncul itu terlalu kuat dari semua aspek.
“Penantangnya bisa menang, karena logistiknya dia lebih kuat, lebih agresif dan punya program-program yang lebih baik. Kemudian popularitasnya juga lebih baik mungkin, mungkin pernah menjabat sebagai kepala sebelumnya, atau mungkin dia sudah dikenal luas oleh masyarakat, mungkin karena pernah jadi anggota dewan dan juga kiprahnya lainnya lebih,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, hal ini juga bisa disebabkan kemampuan penantangnya bersosialisasi, popularitas yang dipunyai serta kehadirannya bisa diterima lebih baik dibandingkan incumbent.
“Penyebab kedua, incumbent tidak berhasil dalam mempublikasikan prestasi-prestasi yang dimiliki, menyampaikan kepada masyarakat apa yang sudah dikerjakan sebelumnya. Sehingga publik menganggap dia gagal dalam menjalankan pemerintahan, tapi saya tidak mengatakan semuanya gagal,” terangnya.
Ia menambahkan, tapi kemampuannya menjelaskan kepada publik bahwa dia sudah menjalankan pemerintahan secara efektif k dalam 5 tahun maupun pada saat kampanye itu gagal mempublikasikan.
“Ini yang dimainkan secara efektif penantang kepada pemilih punya opsi bahwa incumbent itu gagal atau menjadi hal yang biasa saja atau bahkan prestasinya dipersepsikan oleh publik tidak baik,” bebernya.
Ia menyampaikan, selain itu juga kemampuan para penantang itu membangun negatif campaint
yang merugikan kepada incumbent.
“Ini juga faktor penentu keberhasilan yang dilakukan oleh para penantang dalam merebut dukungan publik, bahwa ada janji janji yang sudah diutarakan diucapkan pada kampanye tahun 5 tahun yang lalu itu tidak dilaksanaka. Itu juga menjadi faktor menyebabkan kegagalan banyak incumbent berhasil memenangkan Pilkada tersebut,” pungkasnya.(Bdr)
Comment