PADANG – Letusan Gunung Marapi di Agam menyebabkan areal pertanian warga rusak. Sehingga menimbulkan kerugian akibat gagal panen.
Dari 800 hektare areal pertanian masyarakat pada radius 4,5 Km hingga 5 Km dari kawah verbeek, sekitar 315 hektare terdampak sebaran abu vulkanik dan 40 hektare dipastikan mengalami puso.
Diketahui, letusan Gunung Marapi di Kabupaten Agam masih berlangsung hingga sekarang. Catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bukittinggi, jumlah gempa dengan frekwensi rendah dan vulkanik dalam (VA) cenderung meningkat.
Aktivitas Marapi yang belum ada tanda-tanda akan reda ini. Kondisi itu berdampak pada perekonomian masyarakat.
Abu vulkanik Marapi menyebabkan lalu lintas penerbangan terganggu, sehingga Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sudah tiga kali ditutup.
PVMBG Bukittinggi Rifandi mengatakan, dengan kondisi demikian, masyarakat harus waspada saat hujan, material letusan mengendap di puncak dan lereng Marapi dapat menjadi lahar.
“Saat bercampur air hujan yang mengalir pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Marapi. Ada 23 sungai berpotensi alirkan lahar,” katanya.
Hal itu disampaikannya secara online dalam Diskusi Terbuka yang digelar Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sumbar, Selasa (23/01/2024) di Markas PMI Sumbar, Kota Padang.
Diskusi bertajuk “Menyigi Kesiapsiagaan Sumbar Menghadapi Erupsi Marapi,” dipimpin Ketua Forum PRB Sumbar, Hidayatul Irwan dan dihadiri Danrem 032/Wbr, Brigjen TNI Rayen Obersyl, Kepala PMI Sumbar Aristo Munandar, Kalaksa BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy.
Juga hadir Ulama Sumbar, Buya Masoed Abidin, pimpinan OPD terkait, Danlantamal, Danlanud, PVMBG Bukittinggi dan BMKG BIM.(Bdr)
Comment