BUKITTINGGI-Wakil Walikota Bukittinggi Marfendi minta pengelola atau pemilik homestay di kota itu terus tingkatkan pelayanan internal dan eksternal kepada tamu yang menginap. Kemudian, homestay harus pula punya standarisasi penginapan agar tidak melanggar aturan perundang-undangan dan norma-norma adat serta budaya Minangkabau.
“Dengan telah terbentuknya Asosiasi Homestay Bukittinggi (AHB) selanjutnya pengelola sudah harus membuat standarisasi. Standarisasi yang dimaksud selain tentang sewa penginapan juga aturan yang sesuai dengan adat dan budaya di Minangkabau, misalnya legalitas tamu yang menginap benar-benar jelas,” ujar Wawako didampingi Wakil TP PKK Bukittinggi Nurna Eva Karmila Marfendi usai buka bersama dengan pengurus AHB di H Tasman Homestay Pintu Kabun Kota Bukittinggi, Kamis (15/4).
“Terkait sarana internal diupayakan bagaimana tamu merasa nyaman saat berada di homestay dan masyarakat sekitar pun tidak teranggu. Sementara, sarana eksternal, misalnya soal akses jalan menuju homestay harus bagus sebab letak homestay umumnya berada dipinggiran kota dan diperbukitan juga dipemukiman warga,” tambah Marfendi.
Dikatakan Marfendi, meski suasana masih pandemi (Covid-19) keberadaan homestay di Bukittinggi tetap bertahan dan bertumbuh seperti biasanya. Hal ini terjadi, lanjut Wawako, karena pengelola saling membantu dan mencari peluang-peluang usaha lain.
“Di antara peluang usaha yang mereka kerjakan adalah melakukan bisnis rumah tangga dan bisnis berbagai kebutuhan pokok. Sedangkan untuk tumbuh kembangnya homestay mereka berpromosi melalui lapak-lapak online,” terang Marfendi.
Ia berharap, keberadaan homestay terus bertahan dan semakin maju apalagi AHB sudah menjalin kerja sama dengan pihak penerbangan City Link. Hal tersebut menurut Marfendi suatu keberuntungan bagi pengelola homestay.
“Terjalinnya kerja sama dengan City Link, suatu langkah maju bagi pengelola homestay di bawah naungan AHB. Selama ini pihak City Link hanya bekerjasama dengan pihak perhotelan saat ini telah merambah ke pengelola homestay. Kerjasama saling menguntungkan tersebut sangat perlu dipertahankan,” kata Marfendi mengingatkan.
Di tempat sama, Penasehat AHB Bukittinggi, H Anggun menjelaskan, jumlah homestay di kota itu lebih kurang sekitar 150 unit. Hanya saja yang tergabung dalam AHB baru sekitar 70 unit. “Ke depan, keberadaan homestay akan kita data kembali agar nantinya semua bisa berada di bawah wadah AHB,” katanya. (ank)
Comment