BUKITTINGGI — Wakil Walikota Bukittinggi, Sumbar, Marfendi mengatakan, sedikitnya ada 12 point permasalahan yang harus diselesaikan untuk perkembangan atau kemajuan kota Jam Gadang tersebut.
“Ke 12 point tersebut telah saya presentasikan dihadapan gubernur dan wakil gubernur Sumbar, saat rapat koordinasi (rakor) di Padang, Senin kemarin,” ujar Wawako ketika berbincang bersama media ini di Bukittinggi, Kamis (11/3).
Seperti diketahui, Wawako Bukittinggi turut menghadiri rakor bersama gubernur, wakil gubernur, beberapa kepala daerah kabupaten dan kota dan 50 SKPD di Aula Kantor Gubernur Sumbar, Senin 9 Maret 2021. Dikesempatan itu, masing-masing kepala daerah kabupaten/ kota diberikan kesempatan mempresentasikan anggaran 2022 mendatang.
Diantara 12 point yang harus diselesaikan itu, lanjut Marfendi, terkait banjir. Kata dia, di Kota Bukittinggi permasalahan banjir seharusnya sudah bebas dari banjir bukan bebas banjir.
“Target kita Bukittinggi bebas dari banjir yaitu dengan cara mengurangi debit air dari hulu,” terangnya.
Ia jelaskan, dreinase yang di Jambu Air (Batas Kota Bukittinggi-Agam-red) melintas ke by pass termasuk dreinase menuju Tambuo harus diperbesar atau ditambah kedalaman-nya.
“Insha Allah nanti terealisasi,” harap Marfendi akrab disapa Buya ini.
Jika pelaksanaannya berjalan, kata Buya, di area dreinase tersebut bisa dimanfaatkan pemasangan kabel telkom, kabel PLN dan pipa PDAM.
“Dengan demikian, tidak ada lagi terlihat kabel yang simpang siur di tengah kota. Sekaligus yang utama tentunya untuk pengendalian penanggulangan banjir,” katanya.
Permasalahan lain, kata Buya lagi, yakni soal penanggulangan sampah. Berkemungkinan tempat pembuangan sampah (TPA) di Kabupaten Limapuluh Kota, Payakumbuh, 2 tahun lagi akan ditutup, maka mulai saat ini sudah ada perencanaan dan solusi mencari lokasi baru.
“Terkait penyelesaian sampah tersebut, kita meminta Pemprov Sumbar dapat membantu penyediaan TPA regional,” ucapnya seraya menambahkan, jika TPA regional sudah tersedia, hendaknya sampah diupayakan bermanfaat atau mendatangkan hasil kembali setelah didaur ulang.
Buya menyampaikan, dirinya juga mengusulkan penguatan dinding jalan ke Ngarai Sianok yang terjal dan berpotensi mengalami longsor.
“Selain dipresentasikan penguatan dinding jalan ke Ngarai Sianok, juga ada pengusulan sarana dan prasarana olah raga di lapangan Bukit Ambacang. Selama ini lapangan tersebut hanya sebatas arena pacu kuda, kedepan dijadikan stadion, lengkap dengan lintasan atletik dan lapangan bola kaki,” ucapnya.
Kemudian, kata Wawako, Pemko Bukittinggi juga berkeinginan membangun musium Bung Hatta disamping sudah ada Istana Bung Hatta, Pustaka Bung Hatta dan Patung Bung Hatta yang selama ini sudah menjadi ikon kota.
“Keinginan membuat Musium Bapak Proklamator Indonesia itu, berdampingan dengan rumah kelahiran Bung Hatta. Kebetulan untuk membangun Musium Bung Hatta, masih ada lahan seluas 4.000 meter per segi, tepatnya berada di belakang rumah kelahiran Bung Hatta,” jelasnya.
Buya menambahkan, hal lain yang dipaparkan, yakni terkait lahan PT KAI di pusat kota. Dimana lahan yang biasa dikenal stasiun Kereta Api itu sudah seharusnya diperjelas status keberadaannya bersama Dinas Perhubungan.
“Kita berharap bekas stasiun Kereta Api lama itu dapat dimanfaatkan atau difungsikan untuk dibangun area parkir yang luas, sarana umum seperti masjid maupun convention hall,” harap wawako.
Tidak lupa pula, atas nama Pemko Bukittinggi yang mudah-mudahan direspons baik Walikota Bukittinggi, Erman Safar, Pemprov Sumbar dan SKPD, kata Buya lagi, juga diusulkan jalan dua jalur dari Simpang BMW atau di depan Pasar Banto hingga ke Garegeh, Batas Kota. (ank)