PADANG – Hingga kemarin, Selasa (11/8) Wakil Gubernur Sumbar masih sibuk kerja. Aktivitasnya lebih banyak menyapa warga yang berada dipelosok dan terisolir.
“Hidup itu tidak harus semuanya berpolitik. Kita harus punya waktu untuk bekerja dan melihatkan kondisi warga kita,”sebut Nasrul Abit, Selasa (11/8/2020).
Benar saja, meski saat ini menyandang jabatan politik. Apa yang dikerjakannya tidak semua berlatar belakang politik. Semua dikerjakannya murni sesuai dengan amanah yang disandang dipundaknya, Wakil Gubernur Sumbar.
Menurutnya, sebagai orang politik tidak semua kehidupan dijalani dengan berpolitik. Hendaknya waktu dan pikiran itu lebih banyak memikirkan warga.
Apa yang disampaikan mantan bupati Pesisir Selatan dua periode itu bukan tanpa alasan. Dia membuktikan perkataannya. Dalam beberapa waktu terakhir, Nasrul Abit lebih banyak memikirkan daerah yang terisolir. Daerah yang terisolasi karena akses jalan yang belum tuntas dan terisolasi karena jaringan komunikasi yang tidak ada.
Pada awal Juli 2020, Nasrul Abit mengunjungi warganya yang berada dipelosok Pasaman. Tepatnya Mapat Tunggul Selatan. Daerah ini selama ini menjadi daerah terisolir karena memang akses jalan yang belum memadai.
Nasrul Abit menyapa warga, mencarikan solusi terkait akses jalan dan jaringan komunikasi. Karena menurutnya, dua infrastruktur adalah vital bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menghidupkan perekonomian masyarakat.
“Jalan dan akses komunikasi seperti sinyal telepon dan internet itu adalah keniscayaan. Tidak akan maju daerah tanpa dukungan infrastruktur itu di era serba digital ini,”ujarnya.
Nasrul Abit tidak hanya melenggangkangkung kesana, tapi mengajak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menanganani persoalan yang ada didaerah itu. Seperti dari PUPR, Dikominfo dan Perekonomian. Tujuan, agar ada dukungan anggaran untuk membangun daerah itu.
Tiga hari dia di Pasaman. Meresapi dan merasakan langsung tinggal di daerah dengan askses jalan terbatas. Merasakan riuh, gelak tawa anak nagari di daerah yang jaringan internetnya megap-megap. Tidak satu tempat, ada beberapa nagari ditengoknya. Masalahnya hampir sama, jalan dan internet.
Karena, jangankan untuk meningkat, dengan akses jalan yang sulit, sulit pula perekonomian masyarakat. Apalagi penghasilaan warga dari bertani dan berkebun. Kapan petani bisa untung, jika membawa hasil tani saja harus berhari-hari ke kota.
Berselang sebulan kemudian, Nasrul Abit juga mendampingi Kemenko Kemaritiman dan Investasi guna menuntaskan proyek strategis nasional yang bersumber dari Kemenko Kemaritiman dan Investasi. Nasrul Abit berupaya meyakinkan pemerintah pusat, dua proyek nasional di Sumbar harus dituntaskan. Karena sangat besar dampaknya bagi perekonomian Sumbar.
Ada proyek pembangunan Trans Mentawai dan Pelabuhan Teluk Tapang di Pasaman Barat. Dua proyek itu rampung, sangat besar dampaknya bagi pembangunan Sumbar. Karena akan menjadi urat nadi perekonomian baru di Sumbar.
“Kita tidak bisa tanpa pemerintah pusat. Kita butuh dana pusat untuk melaksanakan sejumlah pembangunan,”ungkapnya.
Pada 10 dan 11 Agustus, Nasrul Abit kembali menyapa warga terpelosok terkungkung alam. Warga yang rumahnya dibatasi jarak berpuluh kilometer dengan rimba dan jalan berlumpur. Senin dan Selasa kemarin, Nasrul Abit berkunjung ke Garabak Data, Kabupaten Solok.
Sama dengan kunjungan sebelumnya, Nasrul Abit ingin merasakan resahnya warga Garabak Data. Ingin mendengar perihnya ibu-ibu Garabak Data yang selalu iba melapas anaknya sekolah jauh ke Kota.
“Kita lihat bersama-sama apa yang harus kita lakukan prioritas disana, agar warga Garabak Data juga merasakan pembangunan Sumbar,”sebutnya.
Garabak Data dikenal dengan daerah yang terisolir. Nagari Garabak Data berada di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Jika cuaca tidak bagus, penghujan, akan memakan waktu 1 hari sampai ke jantung nagari ini. Itu ditempung dengan kendaraan roda empat, double gardan.
Sementara, warga disana masih menggunakan transportasi tenaga kuda untuk mengangkut segala kebutuhan. Kondisi itu membuat warga kesulitan untuk meningkatkan perekonomiannya.
Selama ini Nasrul Abit memang dikenal komit dan konsen dengan daerah terpencil. Selama menjabat Bupati Pessel, Nasrul Abit berhasil melepaskan daerah itu dari status daerah tertinggal.
Kemudian, saat mendampingi Gubernur Irwan Prayitno, Nasrul Abit juga konsen untuk membebaskan tiga daerah di Sumbar dari status tertinggal. Buktinya, dua daerah berahasil lepas dari status tertinggal Pasaman Barat dan Solok Selatan. Kini tinggal Kepulauan Mentawai yang masih berstatus tetinggal. (Bdr)
Comment