MATARAM – Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa bulan lalu telah menyiapkan atlet gulat untuk event PON Beladiri U-17 Indonesia Martial Art Games (IMAG) dan persiapan Pra PON. Kesiapan hingga pemberangkatan dan kepulangan NTB bergelut dengan penderitaan untuk meraih prestasi. Ini jalan ceritanya.
“Kamu pasti bisa! Kamu pasti bisa,” begitulah Gisca Dewi, pelatih Gulat NTB, selalu memberi semangat pasukanya dalam setiap kali latihan dalam keterangannya kepada wartawan media ini, Selasa (21/11/2023).
Menurut Gisca Dewi yang akrab disapa Ica, demi sukses di IMAG dan persiapan Pra PON, ia menggenjot para atlet pagi dan petang sejak terbentuknya Tim Gulat NTB pada 8 September 2023 lalu. Selain latihan fisik, para atlet juga mendapat dorongan-dorongan semangat agar kelak tampil percaya diri, meski proses pelatihan dengan peralatan seadanya.
Sementara itu, Pelatih Tim Gulat NTB, Gisca Dewi oleh Pengprov PGSI NTB diminta fokus untuk mempersiapkan para atlet sembari diminta juga untuk mempersiapkan proposal tim Gulat NTB guna menghadapi event IMAG dan Pra PON. Namun disaat keberangkatan hampir dekat, pelatih Tim Gulat NTB itu mengkoordinasikannya dengan Pengprov PGSI NTB mendapat jawaban yang klasik soal dana, tidak ada anggaran dan talangin dulu sembari cari bantuan.
Gisca Dewi mengaku keberangkatan pun tidak ada seragam training kontingen dan perlengkapan kontingen. Bermodalkan uang gadaian mobilnya, tabungan pribadinya dan bantuan sumbangan dari masing-maisng atlet Rp.500 ribu/atlet, Tim Gulat NTB berlaga menuju event IMAG dan Kejurnas Pra PON di Bogor, dengan raihan 4 tiket ke PON Medan Aceh 2024 yakni meloloskan 2 atlet putra dan putri.
Ia menyebutkan setelah event selesai, pelatih Tim Gulat, Ica yang mantan atlet PON itu juga menginformasikan bagaimana dengan bantuan dana untuk Team Gulat NTB, di WA Group Pengprov PGSI NTB semua bungkam. Sedangkan biaya tiket kembali ke Lombok, Mataram lumayan besar. Dan setelah event IMAG, menuju ke Ciracas Jakarta Timur untuk persiapan Pra-PON 2024 yang telah berlangsung pada 4 November 2023 lalu.
“Bermodalkan uang yang sudah menipis kami sewa homtel dengan cara 2 hari nyambung, sambil menunggu uang pinjaman dari suami saya. Wanpis, dan perlengapakan pertandingan dalaman Wanpis, shoot, sepatu gulat beli ditempat dilokais pertandinga. Dan kami datang mengadu ke DPD RI karena tidak ada kabar uang bantuan dana untuk Kami, biaya homtel sudah harus di perpanjang penginapan,” ungkap Ica.
Dalam perjalanan menghadapi IMAG dan Pra PON bukan tak ada yang bantu, katanya, pribadi anggota DPD RI dapil NTB ikut membantu sebanyak Rp 5 juta. Disamping itu dirinya juga selalu menghubungi pimpinan KONI NTB, namun dibilang masih belum ada anggaran talangi dulu dan dalam kondisi itu, Ica hanya memiliki uang Rp 2 juta.
“Alhamdulillah berkat bantuan Bu Evi Apita Maya DPD RI dapil NTB nelfon ke pak Mori KONI NTB, kami dapat bantuan 3jt, jadi bisa bayar kekurangan ongkos bis dan makan selama perjalanan ke Jogja,” paparanya.
Meski situasi semakin tidak baik, Ica ditengah malam membangunkan para atlet, duduk bersama cerita apa adanya uang tinggal Rp 2 juta, dari provinsi tidak ada kabar, sekarang pulang naik bis saja sampainya saja.
“Setelah itu istirahat sejenak di Jogja karena sudah malam tiba di Jogja. Pagi menjelang siang kami lanjutkan perjalanan ke Surabaya, meminta bantuan ke Pengprov PGSI NTB bantuan untuk menyambung kepulangan kami, hanya beberapa anggota pengurus PGSI NTB yang membantu ada yang bantu Rp 1 juta, Rp 400 ribu, Rp 300 ribu, dengan minta tolong ke kenet bis bayar nanti pas tiba Solo ya pak,” ungkapnya Grisca Dewi, yang sehari-harinya guru Penjaskesrek SMAN 2 Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Selain itu, Ica berharap agar suaminya meminta bantuan Polair Mabes Polri yang tugas di Surabaya agar bisa bantu pembayaran tiket pulang ke Lombok. Namun bantuan datang dari wartawan detik.com dengan meminta bantuan Kadir Polairud Jatim. Akhirnya selamatlah mereka kembali ke Lombok, Mataram. (drd)
Komentar