PADANG — Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Sumbar S Budi Syukur Dt Bandaro Jambak SH menilai, dengan kondisi olahraga Sumbar yang masih gonjang ganjing, bakal berdampak terhadap merosotnya sektor olahraga ke depan.
“Jika tahun 2023 ini, kalau kondisi olahraga masih belum juga menemui solusi ke arah yang lebih baik. Maka secara persentase olahraga Sumbar turun ke posisi 50 persen,” ungkap S Budi Syukur Dt Bandaro Jambak SH, Kamis (5/1/2023).
Budi menyebutkan, bahkan kondisi olahraga Sumbar terancam bisa mundur ke titik nadir yang paling bawah. Atau kembali ke posisi nol kilometer. Jika persoalan olahraga daerah yang berjuluk Ranahminang ini kondisinya masih terus berlarut larut.
Seperti hal kondisi olahraga daerah ini ketika mengikuti PON XV di Surabaya Jatim tahun 2000 silam. Saat itu merupakan sejarah kelam kontingen Sumbar sepanjang mengikuti multi iven olahraga seantero negeri ini.
Sumbar mencatat hasil yang buruk. Tuah Sakato menjadi juru kunci dari 26 Provinsi yang ikut saat itu, tanpa satupun medali emas yang bisa diraih. Hanya empat perak dan tujuh perunggu yang bisa digondol pulang.
Ranah Minang heboh, perantau merasa malu, awal milenium yang kelam bagi dunia olahraga Sumbar. Belum pernah Sumbar jadi peringkat paling buncit terbawah di arena PON, tapi kala itu cukup memalukan itu benar-benar terjadi.
Tapi, sekarang pertanyaannya. Apakah, sejarah kelam dunia olahraga Sumbar, itu bakal terjadi kembali. Karena, kini telah memasuki tahun 2023, yang sebentar lagi agenda olahraga bakal menjelang. Di antaranya, Porprov, Kejurnas, Porwil Aceh, Pra PON dan PON Sumut – Aceb 2024.
Sementara, di satu sisi kondisi kepengurusan KONI Sumbar yang megelola olahraga prestasi daerah ini masih terbelit dalam pusaran singkarut marut sarang timpuo. Belum ada memperlihatkan tanda-tanda bajak berakhir. Tapi, kondisi ini jika mengutip pepatah bijak Rangminnag, kusuik bulu paruh menyelesaikan. Tapi, parahnya jika kusuik sarang tinpuo, hanya api yang bisa menuntaskan.
Melihat olahraga Sumbar sepanjang tahun 2022, jika ada alek nasional, para Pengprov yang memiliki finansial yang mumpuni, tentu mereka bisa mwngijtik agenda seperti Kejurnas. “Tapi, sebaiknya bagi Cabor yang tidak memiliki kekuatan finansial, tenti mereka tak bisa mengirimkan atletnya mengikuti Kejurnas. Sebab, selama ini mereka mengharapkan bantuan dari KONI,” ucap Budi.
Seperti, PASI Sumbar mengikuti Kejurnas Semarang Agustus 2022, di mana saat itu atlet atletik Sumbar masuk lima besar. Tapi ketika itu PASI tak mendapatkan kucuran dana dari KONI, karena masih dalam keadaan gonjang ganjing. Maka terpaksa atlet atletik berbakat secara mandiri.
Sementara, tolak ukur kemajuan prestasi atlet atlet tersebut bisa dilihat dari agenda Kejurnas yang dihelat PB Cabor. Artinya, wajib atlet mengikuti Kejurnas.
Ditambahkan Budi, sebentar lagi, multi iven olahraga daerah dua tahunan Porprov bakal dihelat. Kabar bocoraannya, untuk pembinaan olahraga prestasi Sumbar tahun 2023, dianggarkan sebesar Rp 21 miliar. Sedangkan, untuk Porprov itu bakal dihelat dengan dana Rp 15 miliar, yang pelaksanaannya diselenggarakan Pengprov masing masing. Kemudian, untuk mengikuti agenda Kejurnas dan Pra PON dianggarkan Rp 5 miliar.
Tapi, jika dikalkulasikan sisa anggaran sekitar Rp 1 miliar, untuk kebutuhan kesekretariatan KONI. Sehingga, keikutsertaan Sumbar ke ajang Porwil Aceh tahun 2023 ini belum jelas. “Kalau, Sumbar tak ikut alek Porwil, maka suatu kemunduran lagi bagi olahraga Sumbar,” ujar Budi. (drd)