PADANG-Tidak sehatnya kondisi perusahaan PT Semen Padang memicu tokoh masyarakat Kota Padang Sumbar angkat bicara. Tokoh masyarakat Lubuk Kilangan Verry Mulyadi meminta Menteri BUMN Erick Tohir agar mengembalikan Semen Padang jadi BUMN murni. Selain itu jangan pernah melupakan nilai nilai sejarah berdirinya perusahaan tersebut.
“Saya melihat Semen Padang tidak lagi seperti dulu, kondisinya sudah parah. Sebab semua kebijakan ditangan Holding. Ini tidak sehat dan bisa-bisa kolap,” ujar Verry Mulyadi, Senin (5/12/2022).
Pria yang juga Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumbar itu menjelaskan, saat ini Semen Padang cuma sekadar alat produksi saja. Sedangkan pemasaran dikuasai holding.”Buktinya, cuma dua pabrik yang jalan. Jadi saya minta kembalikan lagi Semen Padang seperti sediakala. Dimana pemasaran dan kebijakan langsung ditangan pihak Semen Padang,” kata Pepen panggilan akrab Verry Mulyadi.
Pria tambun yang juga Ketua Partai Gerindra Kota Padang itu segera merencanakan mengirim surat ke menteri BMUN Erick Tohir dan Presiden Jokowi.” Saya tidak ingin Semen Padang mati dan jadi besi tua,” ucap Pepen.
Kritikan yang dilancarkan tokoh masyarakat Lubuk Kilangan Verry Mulyadi terkait kondisi terkini yang terjadi di Semen Padang, bukan tanpa beralasan. Hal ini karena ada rasa tanggung jawab dan empati baginya. Kenapa ia gencar agar pemasaran produk Semen Padang tidak diganggu oleh produk lain Semen Indonesia, sehingga diduga berimbas tutupnya sejumlah pabrik.
Padahal Lubuk Kilangan sendiri tidak kekurangan persediaan bahan baku untuk memproduksi semen. Karena itulah dia terus bersuara lantang, mengkritisi kebijakan manajemen Semen Indonesia, yang terkesan menganaktirikan PT Semen Padang. Dan juga membuat penjualan produk Semen Padang menjadi turun drastis.
Baginya Semen Padang merupakan aset kebanggaan Ranah Minang, kebanggaan yang harus dijaga. Banyak harapan di sana, termasuk bagi nagari, masyarakat termasuk bagi pemerintah sendiri. Saking pedulinya dengan Pabrik Indarung, Verry yang aktif dalam berbagai organisasi ini menceritakan, bahwa sebagai anak nagari Lubuk Kilangan ia juga sudah berkontribusi penuh untuk keberlangsungan PT Semen Padang itu sendiri.
Tanah kaumnya yang penuh dengan bahan baku produksi semen seperti tanah clay, silica dan batu kapur untuk produksi semen dulunya dihibahkan untuk perusahaan. “Tambang tanah clay untuk bahan baku semen itu milik saya lo,” ujar Pepen.
Bahkan ada Sarana Bak Kontrol Air Kebutuhan Pabrik yang juga ia sediakan. Di sisi lain, untuk keberlangsungan rutinitas karyawan di sekitar pabrik ia juga menyediakan komplek Perumahan Karyawan dan PLTA Rasak Bungo. “Nyata kontribusi saya, wajar saya bersuara ketika terjadi persoalan yang merugikan Semen Padang itu sendiri,” ucap Pepen.
Ada kedekatan dan hubungan emosional antara Verry dan kaumnya terhadap keberlangsungan Pabrik Indarung. Karena sudah memberikan kontribusi itulah ia merasa sudah sepantasnya harus memperjuangkan Semen Padang agar tidak tutup, apalagi sampai tidak berproduksi.
“Saya tidak ingin Semen Padang tutup menjadi besi tua. Karena kontribusi kaum saya nyata adanya dalam memberikan tanah kaum untuk bahan baku produksi semen. Tidak ada perjanjian jual beli. Akan tetapi hanya dalam bentuk hibah, agar lapangan kerja bisa terbuka untuk anak Nagari Lubuk Kilangan,” kata Verry.
Verry Mulyadi mengatakan, suara keras yang ia munculkan di media, semata-mata melindungi agar perusahaan semen pertama di Asia Tenggara yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumbar itu tetap sehat.
Ia juga sependapat dan satu visi dengan Andre Rosiade serta tidak ingin perusahaan kebanggan Ranah Minang itu menjadi museum. Oleh karena itu, Exco PSSI 2016-2020 ini sangat berharap agar pabrik Semen Padang tetap berdiri kokoh seperti sediakala.
Karena banyak dampak ekonomi dan sosial kemasyarakatan yang dirasakan masyarakat di sekitar pabrik. “Sekali lagi janganlah sampai pabrik Semen Padang tidak memproduksi dan memasarkan Semen Padang lagi. Karena rugi besar masyarakat Sumbar jika pabrik kebanggaan kita bersama sampai jadi museum,” tutup Verry, yang juga Ketua Porbi Sumbar. (drd)
Comment