Budaya

Whorkshop Penciptaan Lagu Minang, Karya Seni Harus jadi Sumber Kehidupan bagi Seniman

404
×

Whorkshop Penciptaan Lagu Minang, Karya Seni Harus jadi Sumber Kehidupan bagi Seniman

Sebarkan artikel ini
Peserta Whorkshop Lagu Minang digelar Disbud Sumbar dan UPTD Taman Budaya, Kamis (5/3).ist

PADANG – Guna melahirkan karya-karya lagu Minang yang berkualitas dan mengandung nilai etika dan estetika, Dinas Kebudayaan Sumbar melalui UPTD Taman Budaya yang di pimpin oleh Drs. Muasri menggelar whorshop bagi pencipta lagu Minang. Dengan itu diharapkan para pencipta lagu menghasilkan karya seni yang berkualitas dan menjadikan mata pencaharian bagi pelaku seni itu sendiri.

“Ke depan kita mendorong bagaimana karya seni, seperti hasil ciptaan lagu itu dapat meningkatkan kesejahteraan para penciptanya sendiri. Jangan sampai tidak, karena mereka punya keahlian tapi tidak menjadi sumber kehidupan,” sebut Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti Kamis, (5/3).

Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti.

Diakuinya, hingga kini para seniman tersebut masih berkarya. Bahkan ada ribuan karya yang sudah lahir. Namun, dengan perkembangan teknologi tak jarang karya pencipta tersebut populer, tapi tidak berdampak baginya.

“Kan banyak lagu-lagu yang populer, tapi tidak mendatangkan hasil bagi penciptanya . Ke depan kita harapkan seperti ini tidak ada lagi,”ujarnya.

Baca Juga:  Anak Nagari Pauh IX Harus Tingkatkan Pembangunan SDM dan Ekonomi

Dengan whorshop tersebut, pesertanya diminta dari masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Sumbar. Setelah whorshop peserta yang sudah mendapatkan pembekalan diharapkan dimanfaatkan oleh Kabupaten/Kota.

Selain mendorong untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku seni, dengan whorshop tersebut diharapkan pencipta lagu dapat menghasilkan karya yang mencerminkan nilai-nilai Minangkabau. Untuk itu diperlukan memperhatikan nilai etika dan estetika dalam lirik lagu.

“Pesan kita juga dari lagu itu etika dan estetikanya mencerminkan nilai-nilai budaya Minangkabau,”ujarnya.

Kini, lagu-lagu Minang itu juga belum terorganisir dengan baik. Jika bicara jumlah, belum terdata dengan pasti jumlahnya. Untuk itu perlu dikoordinir, bersama-sama menggerakkannya. Srmoga saja para pencinta lagu mempunyai data hasil karyanya. Juga di pandang menarik kalau lagu Minang juga mempertimbangkan kearifan lokal, menciptakan lagu anak-anak, dan sebagainya. Punya pemahaman yang sama, apakah lagu anak yang digarap, atau satu genre yang diciptakan. “Itu perlu kesepakatan, dari para penggiat pencipta lagu, mudah-mudahan melalui whorkshop ini bermanfaat bagi peserta dan bagi masyarakat banyak kelak.”pungkasnya..

Baca Juga:  Penari Sanggar Jaso Tanah Hoyak Pentas PKPEK 2020 Medan Bapaneh Pauh IX

Salah seorang peserta Zam Parlau, mengaku kegiatan tersebut sangat membantu pencipta lagu. Karena mereka merasa mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dengan itu, para pencipta lagu juga mendapatkan arahan yang sama.

“Kegiatan ini sangat membantu. Apalagi kita punya cara tersendiri dalam mencipta lagu. Dengan ini kita punya arahan,”sebut Zam yang sudah menciptakan 60 lagu Minang.

Kegiatan itu dilangsungkan selama dua hari, yakni Rabu Kamis 5 Maret dan Jumat 6 Maret 2020, di Gedung Dinas Kebudayaan Sumbar. Peserta dari 19 kabupaten/kota. Peserta adalah, pencipta lagu Minang yang sudah melahirkan karya lagu. Atau yang pernah melahirkan karya lagu.

Whorkshop menghadirkan narasumber, pencipta lagi Gulsi Taher, Jon dan Sexri Budiman.

Diharapkan dengan kegiatan itu, kabupaten/kota tahu ada kegiatan tersebut di Pemprov Sumbar. Kemudian ada data pelaku seni. Mereka juga bisa dimanfaatkan oleh kabupaten/kota. (Bdr)