PADANG-Dalam rangka turut berperan aktif dalam program nasional bertajuk Gerakan Literasi Nasional (GLN), Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat menggandeng pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dan Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan Diseminasi Gerakan Literasi Nasional.
Kegiatan dilaksanakan, 15-17 Juli lalu di Painan, dibuka langsung Bupati Pesisir Selatan, H Hendrajoni di aula serbaguna kantor Bupati Pesisir Selatan.
Kegiatan GLN kali ini diisi dengan pemaparan materi dan dilanjutkan diskusi serta praktek literasi yang diikuti oleh 96 orang penggerak literasi. Mereka ewakili berbagai kalangan, terbanyak para guru sekolah menengah se-Kabupaten Pesisir Selatan, para penyuluh literasi binaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Pesisir Selatan, aktivis dan penulis produktif, mahasiswa dan mahasiswi, perwakilan generasi muda serta Aparatur Sipil Negara (ASN) peminat literasi.
Pada prosesi pembukaan kegiatan, Bupati Pesisir Selatan menyambut baik GLN sebagai sarana mengakselerasi peningkatan mutu SDM di Pesisir Selatan. Hendrajoni berharap kegiatan ini menjadi pintu gerbang untuk selalu menyadari dan melakukan aksi untuk meningkatkan skala literasi di Pesisir Selatan.
Kualitas masyarakat, terutama generasi milenial perlu dibentengi dengan budaya membaca dan menulis yang tinggi, terlebih di era revolusi 4.0 ini gempuran media sosial semakin hebat. “Kemampuan literasi yang tinggi niscaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, karena dengan budaya membaca dan menulislah generasi masa depan memiliki modal berharga untuk bersaing di kancah global,” demikian Hendrajoni.
Tampil sebagai salah seorang narasumber di hari kedua, Mohammad Isa Gautama SPd MSi yang sehari-hari merupakan dosen jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang, serta Staf Ahli Wakil Rektor IV UNP bidang Humas dan Kerjasama dan telah menerbitkan dua buku kumpulan puisi. Isa menerangkan bahwa bahasa adalah media pengucapan karya sastra dan puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan yang terbaik. Bahasa dalam karya sastra tidak sekadar media tetapi juga tujuan. Penyair ‘bergelut’ dengan bahasa dan tidak sekadar menjumput kata-kata saja. Kata-kata adalah penghubung ide, intuisi dan imaji antara penyair dan pembaca.
Isa menerangkan, karya fiksi adalah karangan imajiner yang berasal dari dunia subyektif seseorang, merupakan juga ekspresi berwujud kata-kata atas bahan-bahan yang bersumber dari realitas objektif. “Pengalaman adalah hasil interaksi pengarang dengan dunia objektif, bentuk dan mutu karangan seseorang akan ditentukan oleh hubungan dunia subyektif dan objektifnya. Semakin kuat faktor dunia subyektif seorang pengarang, semakin dekat hasil karangannya dengan produk baru berupa karya fiksi,” jelas Isa.
Terlihat para peserta begitu semangat dan antusias menyimak materi-materi yang disampaikan Isa, bukan hanya dalam kesempatan presentasi belaka, namun juga langsung pada praktek penulisan puisi dan beberapa orang peserta terpilih untuk tampil membacakan puisinya sendiri.
Dua narasumber yang diundang Yurnaldi SPd, alumni UNP yang merupakan jurnalis senior nasional, serta Wahyudi dari Balai Bahasa Sumbar, masing-masing menyampaikan materi tentang Teknik Penulisan Esai dan Artikel serta Teknik Swasunting. (rel/rjk)
Comment