PADANG – Sebagai upaya konkret menjaga kelestarian sumberdaya perikanan, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah meresmikan pembangunan reservat perikanan di kawasan Danau Singkarak.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap penurunan populasi ikan endemik, bilih, yang terjadi secara signifikan setiap tahun.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, Reti Wafda, mengungkapkan kekhawatiran atas berkurangnya populasi ikan bilih dan menyatakan bahwa reservat perikanan adalah salah satu langkah nyata untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan di Danau Singkarak.
Menurutnya, reservat ini menjadi area yang harus dilindungi, di mana masyarakat dan nelayan dilarang melakukan kegiatan penangkapan ikan serta kegiatan-kegiatan yang dapat merusak lingkungan.
“Dengan adanya reservat dan areal larang tangkap ini, diharapkan populasi ikan endemik Danau Singkarak, yaitu Bilih, dapat berkembang secara alami tanpa ada gangguan,” ujarnya, Senin (18/12/2023).
Pembangunan reservat ini tidak hanya sebagai upaya pelestarian, tetapi juga sebagai percontohan pembangunan kawasan konservasi bagi masyarakat sekitar danau.
Hal ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk bersama-sama membangun reservat lain guna menjaga kelangsungan populasi ikan bilih.
Selain pembangunan reservat, langkah antisipasi yang dilakukan DKP Sumbar untuk menjaga populasi ikan Bilih adalah dengan melakukan razia terhadap alat tangkap ilegal yang digunakan oleh oknum nelayan.
Razia ini juga diikuti dengan edukasi serta pemberian bantuan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan aturan.
Danau Singkarak, yang terletak di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, Sumatera Barat, merupakan habitat dari ikan endemik Bilih.
Ikan ini tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan, tetapi juga komoditas favorit di banyak rumah makan sekitar danau.
Ikan Bilih yang dikeringkan juga sering dijadikan oleh-oleh oleh wisatawan.(Bdr)
Comment