“Kita sangat mengapresiasi yang dilakukan komunitas ayam kukuk balenggek. Historisnya, ayam endemik memang berasal dari Sumbar. Dari Payung Sakaki, Kabupaten Solok. Ini harus kita patenkan,”sebutnya.
Dikatakannya, peluang bagi Sumbar mempromosikan dan melestarikan potensi ayam kukuk balenggek tersebut. Karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.
“Secara ekonomi juga memiliki nilai. Seperti orang perantau, pulang dari rantau akan mencari ayam kukuk balenggek. Mereka akan merasa terobati kerinduannya akan kampung ketika mendengar ayam berkukuk,”katanya.
Filosofinya juga ada, ketika ayam berkukuk pada pagi hari. Kemudian keluar untuk mencari makan. “Makanya kita juga dianjurkan mengikuti cara ini, setelah salat subuh, kita harus mencari nafkah di permukaan bumi ini,”katanya.
Wardarusmen menilai, ada peluang pasar dan peluang ekonomi bagi masyarakat yang membudidaya ayam kukuk balenggek.
Sementara ini, populasi ayam tersebut mamang masih terbatas. Belum berkembang pada masyarakat. Masih dipelihara oleh komunitas tersebut. “Populasinya, kita memang kawatir, tapi harus optimis. Dinas Peternakan harus mengkaji secara teknis untuk mengembangkannya,”harapnya.
Kepala Dinas Perhubungan Sumbar, Heri Nofiardi menjelaskan alasannya untuk menggelar iven tersebut pada hari perhubungan nasional. Dengan menggelar iven, maka motivasi masyarakat pecinta ayam kukuk balenggek kembali bergairah setelah didera pandemi covid-19.
“Sesuai dengan motto hari perhubungan nasional, bangkit maju bersama. Maka kita menggelar ivent yang berkaitan perekonomian masyarakat,”sebutnya.
Comment