Politik

Sebut Sumbar Berbeda, Megawati Pertanyakan Peran ‘Tungku Tigo Sajarangan’

234
×

Sebut Sumbar Berbeda, Megawati Pertanyakan Peran ‘Tungku Tigo Sajarangan’

Sebarkan artikel ini
Megawati: Coba Pikir, Kenapa Bapak Saya Tak Mau Ada Wapres Lagi Cuma Pak Hatta?Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. [ANTARA FOTO/Fikri Yusuf]

PADANG – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarno Putri menyatakan heran dengan Sumatera Barat yang sudah berbeda. Menurutnya Sumbar yang dulu penuh dengan kegotong royongan seperti tidak nampak lagi.

Pada webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa secara virtual, Kamis (12/8) Mantan Presiden kelima RI heran Sumbar tidak seperti dulu lagi.

Dalam peringatan HUT Ke-119 Proklamator RI Mohammad Hatta, Megawati bercerita Sumbar sekarang tak seperti yang dulu. Awalnya, Megawati bercerita soal ketokohan di Sumbar.

“Dulu saya tahu banyak sekali tokoh dari Sumbar. Kenapa menurut saya sekarang kok kayaknya tidak sepopuler dulukah atau emang tidak ada produknya?” kata Megawati dalam acara yang digelar oleh Badan Nasional Kebudayaan Pusat (BKNP) PDIP secara virtual.

BACA JUGA  Inilah Nomor Urut Cabup-Cawabup Limapuluh Kota Pada Pilkada 2020

“Dulu itu saya banyak sekali kenal tokoh Sumbar. Kenapa ya sekarang tidak sepopuler dulu. Atau tidak ada produknya,”katanya.

Lalu, Megawati menyebut ketokohan Muhammad Hatta, yang merupakan Proklamator Republik Indonesia bersama dengan Sukarno. Selain itu, Sumbar disebut sebagai wilayah dengan gotong royong yang kental.

“Coba bayangkan tadi sudah ditampilkan siapa Bung Hatta dari masa kecil, saya pernah ke Bukittinggi, makanya sampai saya dapat gelar. Jadi dulu waktu saya kalau ke Sumbar saya melihat saya dapat merasakan sebuah apa ya, naluri kegotongroyongan gitu, karena tentu sangat kental tradisi keislamannya,” ujarnya.

“Tapi juga pada saatnya bersamaan juga menempatkan peran, tokoh penghulu, ninik mamak, cadiak pandai. Semua merupakan kepemimpinan yang khas disebut Minangkabau,”

BACA JUGA  Mantan Tokoh PKS Sijunjung Perjuangkan Kemenangan Epyardi-Ekos

“Bukannya istilah, tapi panggilan. Tungkku Tigo Sajarangan, Saya membayangkan, sebuah tungku yang ada tiga tungku kemudian ada wajan. Kesini, kenapa Sumbar yang dulu saya kenal, sepertinya sudah berbeda,”katanya.

Disebutkannya, dirinya pernah dibully oleh orang Sumbar. “Suatu waktu saya sama mbak Puan (anaknya Puan Maharani) dibully, saya sampai bingung, kenapa saya dibully, saya tidak tahu. Padahal, dari saya mendapatkan pengertian, itu karena ada bundo kanduang. Apakah itu sudah tidak berjalan lagi,”ulasnya.

Megawati juga heran, apakah itu sudah tidak berjalan lagi. “Kemana, kan dulu itu setingkat. Mendapatkan tempat yang sama di Rumah Gadang, (menurut pikiran saya). Sumbar sebelum kemerdekaan sampai sudah kemerdekaan. Sampai Sukarno, itu tokoh-tokohnya luar biasa ya,”kenangnya.

Megawati menyebutkan semua pahlawan nasional dari Sumbar. “Zaman bapak saya itu, saya ingat. Itu banyak lo. Sekarang, apa tidak ada apa namanya itu, tungku tigo sajarangan. Apa hanya menjadi semua kenangan, simbol saja,”lanjutnya.

BACA JUGA  Gebu Minang Sumbar Bukber dengan Fadly Amran di Basko Hotel

“Saya sering bicara dengan Buya Syafii Maarif. Itu kemana ya, menurut saya itu penting ya. Tungku tigo sajarangan,”

“Nanti saya cerita, padahal saya ini, saya kan sebagai manusia berterima kasih, suka bingung. Dalam darah saya itu campuran, gado-gado campuran,”

“Dulu, saat sekolah KTP untuk sekolah ada kolom suku bangsa. Turunan darah Minang, pindah ke Bengkulu. Pendiri Muhammadiyah di Bengkulu. Saya ada Bali, saya ada Jawa,”

Kemudian Sukarno ayahnya menjawab, tulis kamu itu Suku Bangsa Indonesia. “Kita masih bicara kesukuan,ini menjadi pemikiran saya sampai saat ini,”katanya.(Bdr)

Comment