PADANG – Yayasan Ibnu Abbas Caine resmi diluncurkan Sabtu (28/9/2025) di Hotel dan Restoran Suasso, Komplek H Agus Salim, Kota Padang. Kehadiran yayasan ini membawa misi khusus mengembangkan kajian hukum keperdataan dan kenotariatan.
Yayasan tersebut berdiri atas semangat melahirkan ruang diskusi yang berkelanjutan. Lembaga ini tidak hanya menyasar kalangan akademisi, tetapi juga praktisi hukum, notaris, dan masyarakat yang peduli dengan perkembangan hukum.
Sekretaris Yayasan Ibnu Abbas Caine, Ruri Meuthia, menegaskan program awal yayasan berfokus pada kajian hukum kenotariatan. Menurutnya, dinamika hukum keperdataan terus bergerak cepat dan membutuhkan wadah yang rutin mengkaji.
“Program jangka pendek kita adalah menggelar kajian hukum kenotariatan. Perkembangan hukum keperdataan sangat dinamis. Kita butuh lembaga yang rutin menggelar kajian agar pengetahuan terus meningkat,” kata Ruri Meuthia.
Ia menjelaskan, kehadiran yayasan ini juga menjadi jalan mewujudkan cita-cita almarhum Muhammad Ishaq, mantan Ketua Pengwil Ikatan Notaris Indonesia (INI) Sumbar periode 2019–2022. Semasa hidupnya, almarhum dikenal gigih memperjuangkan pentingnya ruang ilmiah bagi notaris.
“Semasa hidup beliau sangat ingin memiliki lembaga yang fokus pada kajian kenotariatan. Kini kami berkesempatan mewujudkannya,” ujar Ruri.
Yayasan Ibnu Abbas Caine diproyeksikan menjadi pusat studi kenotariatan di Sumatera Barat. Fokus utamanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang hukum keperdataan, terutama profesi notaris.
Lembaga ini akan bergerak melalui penyelenggaraan simposium, pelatihan, penelitian, hingga diskusi rutin yang membahas isu aktual di dunia kenotariatan. Dengan demikian, yayasan diharapkan memberi kontribusi nyata terhadap perkembangan ilmu hukum di daerah.
Peluncuran yayasan ditandai dengan penyerahan SK Kementerian Hukum AHU: 0020232.AH.01.04 Tahun 2025. Penyerahan dilakukan di hadapan Notaris Agung Adhitia Lingga sebagai bukti legalitas berdirinya yayasan.
Yayasan ini didirikan oleh Merry Roswita, istri almarhum Muhammad Ishaq. Ia mewarisi cita-cita suaminya yang ingin menciptakan lembaga kajian hukum independen.
Struktur kepengurusan yayasan melibatkan sejumlah nama. Noviar dipercaya sebagai ketua, Ruri Meuthia sebagai sekretaris umum, Heral Yomi dan Mairiko Sabri sebagai sekretaris, Ria Satriana Armandi bendahara umum, Dewi Harianti dan Yunidarti sebagai bendahara. Posisi pengawas diisi Puti Lubna Zahra Asysyifa dan Doni Rachvi Hendra.
Selain peluncuran yayasan, acara juga diisi kegiatan Notaire Series. Tema yang diangkat “Sosialisasi Permenkum Nomor 16 Tahun 2025 tentang Pelaporan Wasiat dan Permohonan Penerbitan Surat Keterangan Wasiat”. Narasumber utama kegiatan itu Beatrix Benni.
Kegiatan tersebut disambut antusias peserta. Diskusi berlangsung interaktif dengan berbagai pertanyaan seputar mekanisme pelaporan wasiat. Materi juga menyinggung pentingnya regulasi baru dalam memberi kepastian hukum bagi masyarakat.
Dengan berdirinya Yayasan Ibnu Abbas Caine, diharapkan muncul generasi notaris yang memiliki pemahaman lebih luas tentang hukum keperdataan. Lembaga ini sekaligus menjadi wadah meningkatkan integritas profesi notaris di Sumatera Barat. (Bdr)







