Pendidikan

International Conference Digelar di Ghent, Universitas Peringkat 100 Top Dunia

1431
×

International Conference Digelar di Ghent, Universitas Peringkat 100 Top Dunia

Sebarkan artikel ini

Catatan Perjalanan Prof Syahrial Bakhtiar ke Amsterdam Belanda dan Ghent Belgia (4)

HANYA menempuh waktu sekitar 10 menit mencapai University Ghent Belgia dari penginapan, Senin (8/4/2024). Hari ini merupakan hari perdana dalam mengikuti kegiatan Talent Identification and Development (TID) Expert Meeting, ‘yang akan berlangsung 8-12 April.

Prof Syahrial Bakhtiar ke dan rombongan tiba di Kampus Universitas Ghent Dunan di bilangan jalan Watersportland 2, 9000 Ghent di sebelah Fakultas Psikologi & Pendidikan.

Sejarah Universitas Ghent ini mulai dibuka sejak, 9 Oktober 1817 silam, dengan JC Van Rotterdam menjabat sebagai rektor pertamanya. Pada tahun pertama, ia telah mempunyai 190 mahasiswa dan 16 guru besar. Empat fakultas pertama yang berdiri adalah Humaniora (Sastra), Hukum, Kedokteran dan Ilmu Pengetahuan, dengan bahasa pengantar bahasa Latin. Universitas ini didirikan Raja William I sebagai bagian dari kebijakan untuk melawan ketertinggalan intelektual dan akademik di bagian selatan Kerajaan Bersatu Belanda, yang kemudian menjadi Belgia.

Usai istirahat Risky Syahputra dari UNP mempresentasikan materinya di University Ghent

Saat ini Universitas Ghent secara konsisten termasuk dalam peringkat terbaik universitas di dunia (top 100). Peringkat terakhir pada 2017 memasukkannya dalam urutan ke-69 sedunia dalam Academic Ranking of World Universities dan urutan ke-125 dalam QS World University Rankings. Untuk tahun 2018, Universitas Ghent telah dimasukan dalam urutan ke-88 sedunia dalam US News & World Report serta urutan ke-107 dalam Times Higher Education. Universitas Ghent merupakan tempat diselenggarakanya Talent Identification Expert Meeting yang dirangkai dengan international conference hari pertama.

Tepat pukul 09.00 waktu setempat acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Menteri Pendikan dan Olahraga Pemerintahan Flanders dan Flamis, Belgia, Ben Weyts. Ben mengemukakan, kebehasilan sistem Identifikasi bakat yang dilaksanakan di Belgia lebih kurang 12 tahun yang lalu, mampu meningkatkan partisipasi anak berolahraga dan meningkatkan peningkatan Prestasi Belgia pada Olimpiade.

Baca Juga:  Wujudkan Slogan Mandiri dan Berprestasi, MAN 3 Padang Tingkatkan Sarana Ibadah dengan Swadaya

Setelah dibuka, Prof. Joe Baker, dari University of Toronto, Canada, yang didaulat sebagai keynote pertama, menguraikan fase-fase dalam pengembangan ilmu tentang bakat dalam olahraga, yang dibagi dalam tiga fase,. Yakni, fase pertama fase general yang mengungkapkan setiap manusia memiliki bakat yang diwariskan dari keturunan yang dipelopori Galton, fase kedua kognitif revolusi, bakat olahraga ditentukan oleh faktor kognitif dan kemampuan gerak, fase ketiga bakat melibatkan multi disiplin Ilmu.

Dari diskusi dipertanyakan apakah identifikasi dan pengembangan bakat akan menjadi program studi sport science sendiri, mengingat begitu luas jangkauan kajian yang menjadi tugas dari bidang ini, dimulai dari berbagai kajian untuk menemukan dan mengembangkan metode Identifikasi bakat yang begitu rumit. Yaitu sampai dengan begitu banyak ilmu yang terlibat dalam upaya mengembangkan bakat anak dalam bidang olahraga, kepelatihan, perkembagan fisik motorik, psikologi, gizi, tes dan pengukuran, statistik dan sebagainya. Ini hal yang perlu terus dikaji dalam rangka memantapkan sport science ini.

Bersama Prof. Joe Baker, dari Universitas Toronto, Kanada (paling kanan) dan Prof. Ruud Den Hartig dari Universitas Groningen, Belanda.

Prof. Ruud Den Hartigh, dari University Groningen, Belanda. Gurubesar dari Departemen Dalent Development Fakultas Psikologi, sebagai keynote ketiga, mengemukakan data-data seseorang yang berbakat tercatat performance-nya memang berbeda dengan yang lain. Dicontohkan beberapa nama pemain sepakbola belanda Denzel, Dumfris juga beberapa orang atlet Belanda dan Belgia dari beberapa Cabor lainya, yang meraihmedali emas pada ajang Ilimpiade.

Keynote keempat untuk hari pertama, adalah Prof. Sean Cummining dari University Bath dan University Edinburgh, seorang pakar kematangan, maturation status, mengemukakan berbagai research. Sehingga masalah kematangan atlet muda yang sedang dibina setiap program latihan dan pertandinganya haruslah mempertimbangkan aspek ini. Sean menyajikan data statistik bagaimana hasil studi yang menunjukkan rata – rata dari 1. 000 orang atlet usia muda hanya bertahan 25 persen yang mampu bertahan sampai menjadi atlet elit. Hal ini disebabkan berbagai cedera yang disebabkan mendapatkan beban latihan berlebih, karena tidak memahami konsep dan teori tentang kematangan.

Baca Juga:  Terima Bantuan Transpotasi Dana BOS TA 2022, 75 Siswa MTsN 1 Padang Dimotivasi  Giat Belajar

Selanjutnya dua orang pakar lainnya menyajikan, tema tentang research jenis serabut otot dalam identifikasi atlet elit dan bagaimana pengaruh gizi dalam pengembangan atlet pemula.

Mampir di salah satu kantor relasi internasional

Setelah sesi istirahat, coffe break sore, tibalah jadwal presentasi Risky Syahputra,MPd dari Universitas Negeri Padang (UNP) juga Yayasan Sekora Padang, menyajikan permasalahan dan upaya penerapan sistem TID di Indonesia. Melalui Dosen FIK UNP yang menekuni TID yang bernaung di bawah Yayasan Sekora telah memberikan pelatihan dan seminar TID kepada Dosen Fakultas ilmu keolahragaan, Guru Penjas dan Pelatih anak- anak di delapan Provinsi, Sumbar , Riau, Bali, Kalimantan Timur, Aceh, Sumatera Utara, Banten dan DKI Jakarta, dengan jumlah keseluruhan mendekati 600 0rang. Telah melatih dan memberikan sertifikat internasional dalam bidang TID kepada 32 orang, yang selanjutnya disebut team leader.

Dalam kegiatan pelatihan leader, seminar dan pelatihan yang diselenggarakan team Yayasan Sekora Padang (YSP) juga terlibat pakar TID Prof.Johan Pion. Sebanyak 2 750 orang anak telah dideteksi bakatnya, siswa yang berumur 7-12 tahun yang telah dites bakatnya tersebut berasal dari Provinsi Sumbar 1500 orang, Riau 750 orang, Bali 200 orang, dan Kalimantan Timur 300 orang. Semoga lebih banyak anak yang mendapatkan kesempatan dideteksi bakat olahraganya untuk mendapatkan bibit unggul yang menjadi atlet Indonesia dimasa yang akan datang.(bersambung)