BudayaPariwisata

Batu Runcing, Indahnya Fenomena Alam dari 300 Juta Tahun Lalu

341
×

Batu Runcing, Indahnya Fenomena Alam dari 300 Juta Tahun Lalu

Sebarkan artikel ini
Geosite Batu Runcing di Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, Rabu (6/3/2024). (Foto: Kiwi/Dispar Sumbar)

PADANG – Kini ada objek wisata baru bagi peminat di Kota Sawahlunto, yakni sebuah gugusan batu karang berbentuk runcing menjulang berumur ratusan juta tahun. Untuk dapat mengamati batu ini Pemperintah Kota Sawahlunto sudah membangun fasilitas dan infrastruktur.

Objek itu berada di Lokasinya berada di Kecamatan Silungkang. Melewati jalan cukup menanjak, sekitar 1 Km. Menjelang lokasi itu, kita juga akan disuguhkan pemandangan alam yang menarik. Kiri kanan jalan masih perbukitan, walau sudah ada pemukiman warga.

Batu itu, seperti mejulur ke luar tanah. Dengan relief alami layaknya stalakmit yang muncul di dasar gua. Hanya saja ini berada di alam bebas yang disekitarnya ditumbuhi tanaman karang.

Jumlahnya manyak, tersebar pada sebuah lereng yang curam. Meski begitu, ada beberapa gugusan yang dapat dijangkau dengan dekat. Pemerintah juga menyediakan penyangga, memudahkan pengunjung untuk melihat dari dekat.

BACA JUGA  Usai Gelaran SES, Wagub Audy akan Pimpin Giat ORARI di Lokasi Bencana

“Hati-hati batunya tajam,”kata petugas Pariwisata Kota Sawahlunto saat pengunjung mencoba menulusuri rongga-rongga batu tua tersebut.

Bagi wisatawan yang selama ini tertarik dengan fenomena alam seperti batu runcing ini, maka cobalah mengunjungi objek wisata tersebut. Sekitar 3 jam dari Kota Padang hanya kurang dari 1 jam dari Kota Sawahlunto.

Dibuka
Objek wisata ini baru satu bulan dibuka, kunjungan wisata ke Geosite Batu Runcing Kota Sawahlunto, sudah mencapai 4 ribu orang.

Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sawahlunto, Marta mengatakan, Batu Runcing resmi dibuka pada Februari 2024.

“Kami selesai laksanakan pembangunan fasilitas umum dan sarana di lokasi ini pada Desember 2023. Januari mulai persiapan dan Februari pembukaan. Selama satu setengah bulan ini antusias masyarakat cukup tinggi,” ucapnya, kemarin.

Pembiayaan pembangunan fasilitas Geosite Batu Runcing menelan anggaran Rp2,3 miliar. Sumber dananya berasal dari dana alokasi khusus Kementerian Pariwisata.

BACA JUGA  Festival Minangkabau Pauh Bagalangang Wadah Melestarikan Budaya

“Anggaran untuk membangun gapura. Lalu jalan dan pengaman menuju situs Batu Runcing. Kemudian empat ruangan di antaranya toilet dan musalla,” ungkapnya.

Wisatawan yang berkunjung tidak hanya lokal dari Sumbar. Tercatat sudah ada pelancong yang menginjakkan kaki dari luar pulau, seperti Bandung.

Terkait biaya masuk, sangat ramah di kantong. Pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp5.000 per orang. Marta optimis, pada libur lebaran angka kunjungan semakin meningkat. Sebagai persiapan, pagar pengamanan di jalan masuk akan ditambah. Lokasi parkir disiapkan di seberang pintu masuk objek ini.

“Wisatawan yang berkunjung tidak hanya bisa melihat dan memegang sedimen yang berumur ratusan juta tahun secara langsung. Lokasi ini juga menjadi titik swafoto yang indah berlatar bukit hijau yang sesekali diselimuti awan. Sebab Batu Runcing berada di ketinggian kurang lebih 600 meter di atas permukaan laut,” katanya

BACA JUGA  Jaga Semangat Silaturrahmi, Dishub Sumbar Selenggarakan Kurban 1443 H

Batu Runcing merupakan satu dari 22 Geosite di Sawahlunto. Lokasinya berada di Kecamatan Silungkang.

Wakil Ketua Harian Geopark Sawahlunto, Robert Fetra Ramadona menjelaskan, Batu Runcing merupakan batu gamping atau sedimen yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). Batuan ini diperkirakan berumur 299 juta tahun.

“Kawasan Batu Runcing 300 juta tahun lalu merupakan laut. Lalu terjadi sedimen yang muncul ke permukaan. Hal ini sudah diteliti secara ilmiah. Sudah diakui sebagai geoprak nasional,” paparnya.

Keberadaan Lokasi Geosite Batu Runcing diketahui pada 2014 lalu saat pengurus panjat tebing mencari titik untuk berlatih memanjat. Setelah itu, batuan yang berusia ratusan juta itu diteliti dan berhasil diperjuangkan menjadi geosite pada 2018.(Bdr)

Comment