PADANG – Aksi tawuran pelajar di Kota Padang makin mengkawatirkan. Bahkan, tawuran terjadi pada waktu-waktu tertentu.
Anggota DPRD Padang Budi Syahrial memandang, aksi tawuran pelajar yang terjadi hingga menyasar ke Kantor Walikota Padang cukup menampar Pemko Padang.
“Tawuran pelajar yang terjadi di Kantor Walikota Padang tersebut menurut saya cukup “bagus”. Aksi yang terjadi ini jelas menampar wajah Pemko Padang dan petugas aparat keamanan Kota Padang tentang usaha mereka dalam menyikapi tawuran pelajar ini,” jelasnya, Minggu (14/1/2024)
Lebih lanjut, Budi Syahrial meminta, pihak keamanan mencegah sebelum aksi tawuran terjadi. “Jangan telah terjadi korban, baru dilakukan tindakan,” ucapnya.
Pengamat sosial dari Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Eka Asih Febriani mempertanyakan kenapa tawuran pelajar terus terjadi. Apakah ada yang salah dalam dunia pendidikan di Kota Padang.
“Saya melihat, seringnya tawuran antar pelajar di sebabkan terjadinya krisis identitas di kalangan pelajar. Jika pelajar tidak diinternalisasi dengan nilai positif, akan muncul penyimpangan-penyimpangan perilaku seperti melakukan aksi tawuran,” jelasnya.
Selain itu, kontrol orang tua sangat di butuhkan dalam mencegah kenakalan remaja.
“Kita lihat sendiri, pada saat ekonomi sulit, banyak orang mati-matian untuk berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi. Imbasnya, orang tua dalam berkomunikasi dengan anak hanya lah saat bangun pagi saja, karena orang tua pulang nya juga larut malam. Alhasil, tidak adanya pengawasan yang memadai. Anak cenderung melakukan perilaku agresif atau aktivitas kriminal dalam hal pencarian jari diri,” jabarnya.
Eka Asih Febriani menjabarkan juga, aksi tawuran juga di pengaruhi oleh lingkungan sosial anak. Menurutnya, teman di lingkungan sosial akan menjadi agen sosialisasi yang punya peranan penting dalam terjadinya aksi tawuran.
“Kita tidak bisa mengawasi dengan siapa mereka bergaul. Oleh karena itu banyak orang tua tidak tahu bahwa anaknya telah terlibat dalam perilaku berisiko atau kekerasan ketika mereka bertindak sebagai sebuah kelompok,” jabarnya.
Melihat video aksi tawuran pelajar yang terjadi di lingkungan lembaga pemerintah, Eka Asih Febriani menilai siswa tidak mengenal nilai nilai sosial dengan baik.
“Peranan Kontrol sosial sangat berperan dalam mencegah aksi tawuran terjadi di lingkungan perkantoran. Kontrol sosial dapat dilakukan oleh instansi kantor tersebut, sekolah, dan keluarga dalam mengendalikan perilaku remaja yang melakukan aksi menyimpang, seperti tawuran,” tutupnya.
Pakar pendidikan dari program studi pendidikan biologi dari Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Fitri Arsih menambahkan, media sosial yang di tonton pelajar, bisa menjadi penyebab terjadinya tawuran.
“Beberapa penelitian menjelaskan, kekerasan yang ditonton di berbagai media sosial, akan memengaruhi pola pikir remaja sehingga mereka bertindak agresif. Contohnya, saat anak memainkan game yang menampilkan adegan kekerasan, secara tidak langsung kekerasan yang di tonton tersebut akan menjadi stimulus untuk bertindak agresif oleh anak selaku pemain game nya,” ujarnya.
Fitri Arsih menambahkan, sekolah merupakan lembaga yang bisa mencegah dan menertibkan pelajar untuk tidak melakukan aksi tawuran.
“Walau telah ada Jumat bersama di sekolah, tapi aksi tawuran pas jam shalat Jumat masih terjadi. Kenapa? Tentu ada sekolah yang kurang mengawasi sehingga masih siswa tidak tertib dalam menegakkan aturan. Hasilnya, bisa memicu perilaku siswa yang tidak terkendali atau bebas, dan memungkinkan para pelajar melakukan berbagai tindakan pelanggaran, termasuk perkelahian antar pelajar,” tutupnya.
Aksi tawuran terjadi di Kompleks Perkantoran pada Jumat, 12 Januari 2024. Video aksi tawuran mendadak viral setelah beberapa akun media sosial memviralkannya. Dalam video tersebut, beberapa orang pemuda terlihat berlari sambil membawa kayu seperti akan melakukan penyerangan.(Edg)
Comment