PADANG – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan Gunung Marapi waspada, atau level II. Dari pantauannya, aktivitas magma Gunung Marapi masih fluktuatif.
“Jadi potensi terjadi lagi erupsi selalu ada. Apalagi magma masih flutuatif,”sebut Sofyan Primulyana (Penyelidik Pusat Vulkanalogi Mitigasi Bencana Badan Geologi Bandung) pada Rapat Koordinasi Mitigasi Bencana Gunung Marapi di BPBD Sumbar, Jumat (15/12/2023).
Diakuinya, karakter erupsi Gunung Marapi itu cukup sulit untuk dideteksi. Oleh karena itu, pada 2011, menetapkan statusnya level II. Karena hampir setiap tahun terjadi erupsi.
Menurutnya, pihaknya sudah menginformasikan terkait dengan aktivitas Gunung Marapi. Baik pada masyarakat, maupun pada stakholder.
Dari sejak erupsi tanggal 3 Desember 2023, sudah terjadi 61 kali letusan. Sekitar 449 hembusan. Hingga Jumat, 15 Desember 2023 sudah terjadi gempa letusan belum terekam, gempa hembusan sampai pukul 12 siang sudah 12 kali gempa hembusan.
Dia juga menyebutkan, tidak ada lahar panas terjadi di Gunung Marapi. Jika ada informasi di masyarakat itu ada lahar panas, menurutnya itu hanya isu.
“Tidak ada lahar panas, jika ada informasi bakal ada lahar panas, itu hanya isu,”pungkasnya.
PVMBG juga menegaskan alat yang mereka pasang sebanyak 8 unit di kuduk Marapi semuanya berfungsi. Bahkan, semua alat tersebut berfungsi sangat sensitif.
Hanya saja, ada beberapa momentum yang tidak bisa terekam oleh alat tersebut. Dimana magam sudah mencapai 500 meter dari kepundan, maka aktivitasnya tidak terpantau, atau disebut dengan letusan preaktif.
“Kalau alat itu berfungsi, tapi memantau pergerakan magma hingga 10 km dibawah gunung. Tapi begitu dia sampai dengan jarak 500 meter dari kepundan, tidak terpantau lagi aktivitasnya. Disinilah bahayanya. Makanya kita menetapkan level berdasarkan bahaya ini,”ujarnya.
Rapat tersebut juga akan dimatangkan dengan kesiap saiagaan BPBD empat kabupaten dan kota di kaki Marapi.(Bdr)
Comment