Belakangan Wisatawan Lebih Cenderung Menginap di Hotel Non Berbintang

PADANG-Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Sumbar Luhur Budianda mengatakan, melihat karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Sumbar belakangan ini lebih cenderung menginap di hotel non berbintang.

“Bahkan, jika dipersentasekan wisatawan yang menginap di hotel non berbintang ini mencapai 65 persen. Bahkan, mereka berwisata ke daerah tujuan wisata (DTW) Sumbar lebih bersifat massal atau rombongan,” ujar Budianda di sela sela pemaparan Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Sumbar di Kantor Dispar Sumbar, Seniny(20/11 /2023).

Dikatakan Budianda, belakangan pasca pandemi Covid-19 melanda negeri ini wisatawan ke Sumbar lebih langsung menuju ke destinasi wisata dengan menginap beberapa hari. Seperti ke objek wisata Mande, mereka rombongan Mandeh menginap di Home Stay, tanpa menginap di hotel berbintang. Sementara, hotel berbintang di Sumbar hanya dimiliki oleh beberapa daerah saja yakni di Kota Padang, Kota Bukittinggi dan Batusangkar Tanahdatar.

Wisatawan yang berkunjung di Sumbar didominasi daerah tetangga, yaitu Riau dan Jambi. Wisman yang melancong ke Ranahminang ini didominasi Negeri Jiran Malaysia dan Australia.

Sedangkan, kajian dari LPER Unand yang bertajuk “Dampak Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Sumbar, yang digawangi Dr Yulia Anas SE MSi Cs mengindikasikan, pasca pandemi Covid-19 pergerakan Wisnus dan Wisman yang melancong ke Sumbar mulai menggeliat. Dari kajian terungkap Wisnus membelsnjan uangnya sekitar Rp 1,3 juta (sebelumnya Rp1 jt) , Wisman sekitar Rp 9,3 juta (sebelumnya Rp8 jt)

Dari kajian yang dilakukan sejak Agustus hingga September 2023, juga terungkap Wisnus lebih banyak menginap di rumah sanak dan famili. Mereka lebih cenderung secara rombongan, menginap di rumah famili. “Dominan mereka berasal dari daerah tetangga Riau dan Jambi. Alasan mereka berombongan agar mereka aman dan nyaman,” ujarnya.

Dikatakan, pandangan Wisnus dan Wisman soal sarana dan prasarana pariwisata Sumbar cukup baik, namun ke depan perlu ditingkatkan lagi infrastruktur pariwisata.

Wisnus mendapatkan informsi soal destinasi wisata Sumbar dari iternet Google. Sedangkan, Wisman lebih banyak mengetahui informasi wisata Sumbar dari sanak familinya..

Memang tak terbantahkan pariwisata menjadi motor penggerak ekonomi Sumbar dengan potensi pertumbuhan yang positif.
Dalam menghadapi fluktuasi, kajian ini memberikan landasan untuk pemulihan dan pengembangan berkelanjutan.
Sehingga kajian ini merekomendasikan soal pariwisata Sumbar ke depan. Pengembangan strategi pemasaran dan promosi perlu lebih agresif lagi.
Peningkatan infrastruktur pariwisata dan fasilitas pendukung. Kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat lokal. (drd)

Komentar