Pariwisata

Anggota DPRD Sumbar Yunisra Syahiran Boyong Pelaku Ekraf Studi Tiru ke Bali

541
×

Anggota DPRD Sumbar Yunisra Syahiran Boyong Pelaku Ekraf Studi Tiru ke Bali

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRD Sumbar dari Partai Gerindra saat mendengarkan Tetua Adat Desa Penglipuran, Bangli, Wayan Supat, Ist

PADANG – Kedisiplinan dan kebersihan adalah komponen pariwisata yang harus dijaga oleh masyarakat pelaku wisata. Jika dua komponen itu dapat diterapkan dengan baik, maka objek wisata di Sumbar dapat berkembang dengan baik.

Demikian disampaikan Anggota DPRD Sumbar, Yunisra Syahiran, Senin (12/6). Dikatakannya, dengan membangunan pariwisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Kita tahu pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Asalkan masyarakat bisa disiplin dan mejaga kebersihan,”sebutnya.

Hal itu disampaikannya, merujuk dari kunjungan ke Desa Terindah Penglipuran, Kabupaten Bangli Bali. Bahkan, dirinya membawa pelaku enkonomi kreatif dari Pasaman Barat untuk melakukan studi tiru ke Bali.

“Ada beberapa catatan yang kita dapat di Bali. Pertama masyarakatnya sadar dengan wisata, taat pada pimpinan adat, disiplin dan menjaga kebersihan,”ujarnya.

Diakuinya untuk mengajak masyarakat tidak bisa dipaksakan. Seperti yang dilakukan tetua adat di Desa Penglipuran, Bangli. Meski masyarakatnya patuh pada tetua adat, mereka juga tidak bisa memaksa, tapi hanya bisa mengajak.

Baca Juga:  Tiket Kereta Api Masa Liburan Hari Raya Idul Adha 1446 H di Sumbar Masih Tersedia

“Meski begitu mereka patuh, akhirnya mendapatkan hasil yang mereka buat,”sebutnya.

Pada studi tiru tersebut, Yunisra Syahiran berkomunikasi dengan Tetua Adat Desa Penglipuran, I Wayan Supat. Saat berbagi ilmu, I Wayan Supat menegaskan memang dibutuhkan kedisiplinan tinggi untuk menjaga destinasi wisata.

Terutama untuk Desa Penglipuran. Mereka berusaha menjaga kondisi desanya dengan sangat bersih. Ada sanksi, ada pula petugas yang bekerja untuk menjaga kebersihan. Mereka adalah perangkat adat.

Semua perangkat adat berjalan sebagaimana layaknya. Seperti, tugas Ketua Adat, tugas pencalang, organisasi pemuda disebut Seka Taruna. Semua masyarakatnya masuk dalam organisasi tersebut sesuai umurnya.

“Jadi ketika mereka ada di dalam perangkat adat mereka bekerja sesuai fungsinya di desa. Meski pejabat dalam pemerintahan, tapi ketika di desa mereka bekerja sebagai tugasnya di desa. Jika tugasnya menyapu, tetap menyapu meski di pemerintahan dia adalah pejabat,”sebut Wayan.

Dengan menghidupakan fungsi perangkat adat tersebut, maka Desa Penglipuran tetap hidup. Maka budaya mereka tetap hidup turun temurun.

Baca Juga:  Ofetri Bechtel GM Badrock Hotel, Sempat Punya Visi Kembangkan Wisata Mentawai akhirnya buat Penginapan Halal di Bali

“Sehingga anak cucu kita yang hidup di masa modern masih tahu dengan data istiadat,”ujarnya.

Kunci membangun destinasi wisata lainnya disampaikan I Wayan adalah bekerja jangan mengejar uangnya. Karena dengan bekerja serius akan medatangan uang dengan sendirinya.

Kondisi itu yang dirasakan oleh warga Desa Penglipuran. Mereka berbuat menjaga lingkungan, terutama kebersihan. Tanpa harus mengkapitalisasi apa yang mereka buat.

Hasilnya, mereka ditetapkan menjadi Desa Terbersih di Dunia. Dengan pengakuan tersebut membuat pengunjung berbondong-bondong ke Penglipuran.

“Dari pelestarian berbuah manis, kita tidak mendapatkan dana desa, tapi setiap tahun kita menyumbang PAD sebanyak Rp16 miliar pada Kabupaten Bangli. Sisanya 40 persen tinggal di desa untuk dikelola,”sebutnya.

Yusra Syahiran memboyong sebanyak 50 orang pelaku ekonomi kreatif ke Bali pada 4 hingga 7 Juni 2023. Selain mengunjungi Desa Penglipuran Bali, mereka juga mengunjungi objek wisata lainnya seperti Tanah Lot dan Pantai Melasti.(Bdr)