Lipsus

Dibedah Saat Latsitardanus, Rumah Eni Pencari Siput di Kota Solok Kini Tak Berdinding Terpal Lagi

351
×

Dibedah Saat Latsitardanus, Rumah Eni Pencari Siput di Kota Solok Kini Tak Berdinding Terpal Lagi

Sebarkan artikel ini
FOTO: Eni saat di depan rumahnya di Parak Anau, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok. Ist

PADANG – Rumah semi permanen bercat biru muda cukup mencolok di pinggir jalan Parak Anau, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

Pemiliknya Eni (67) janda ditinggal suami yang mendapatkan bedah rumah dalam kegiatan Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) XLIII tahun 2023 yang dilaksanakan pada 19 Mei – 7 Juni 2023 di Kota Solok.

Rumah itu tepat ditubir tebing. Dinding belakangnya sudah jurang. Terasnya di pinggir jalan, Parak Anau, Tanah Garam, Kota Solok.

Eni menempati rumah itu berdua dengan cucunya, Zahra. Zahra adalah cucunya yang bungsu, dari tiga bersaudara. Dua kaka Zahra sudah berkeluarga, tidak tinggal lagi bersama Eni.

BACA JUGA  Kuliah Umum STMIK Indonesia Padang Hadirkan Prof Dr Adiwijaya, Masyhuri Hamidi: “Kita Harus Belajar dengan Telkom University”

Eni hanya memiliki satu orang anak. Anaknya perempuan, sudah meninggal. Menantunya juga sudah tiada. Mereka meninggal tiga orang anak yang kemudian dibesarkan oleh Eni.

“Alhamdulillah, kami sudah punya rumah yang bagus,”sebut Eni saat dikunjungi, Kamis (8/6).

Selama ini Eni memang sudah didaftarkan untuk mendapatkan bantuan rumah. Hanya saja tanah yang ditempatinya tidak milik sendiri. Akibatnya Eni selalu terkendala mendapatkan bantuan.

Kali ini, pemilik tanah sudah memberikan izin pemakaian untuknya. Sehingga rumah itu dapat dibangun dengan kegiatan Latsitardanus.

Sebelumnya, rumah itu berdindingkan terpal. Hanya dengan dua ruang. Satu digunakan oleh Eni sendiri, satu lagi digunakan oleh cucunya, Zahra.

Eni adalah warga tidak mampu. Usahanya menjual bensin ketengan, kemudian mencari siput di bandar-bandar di sekitar Tanah Garam, Solok. Menjalani usaha itu dirinya maksimal mendapat 15 sampai 20 liter perhari.

BACA JUGA  Penandatanganan Perjanjian Kerjasama RSOMH Bukittinggi dengan Dokter Mitra yang Disaksikan Dirjen Pelayanan Kemenkes RI

“Saya menjualnya ke Sijunjung. Kalau dijual di Solok tidak banyak yang beli,”ujarnya.

Siput tersebut, setiap liternya dihargai Rp25 ribu. Itupun dijalaninya tidak setiap hari. Karena untuk mendapatkan siput, juga tidak mudah.

Selain mencari siput, Eni juga merajut keleng minuman kemasan bekas menjadi tas. Tas ini dijualnya seharga Rp20 persatuan. Kadang terjual, kadang tidak. Sementara untuk memenuhi kebutuhannya, Eni harus membeli beras. Begitu juga untuk membiayai cucunya di SMA 1 Kota Solok.

Comment