1. Tabuik
Tabuik merupakan tradisi yang dilaksanakan di Kota Pariaman, Sumatera Barat. Biasanya dikenal dengan oyak Tabuik.
Prosesi tabuik sebenarnya dilatar belakangi oleh kisah cucu Nabi Muhammad SAW. Tabuik digelar setiap tahun pada tanggal 1-10 Muharram, dalam kalender Islam.
Tradisi Tabuik dilakukan untuk memperingati kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam Perang Karbala, pada 10 Muharram.
Tradisi ini telah dikenal luas masyarakat daerah lain di Sumatera Barat, sehingga saat tradisi digelar selalu menyedot ribuan orang pengunjung. Tabuik merupakan keramaian besar di Padang Pariaman. Belasan ribu orang menghadiri acara ini setiap tahun.
Asal-usul Tabuik merupakan festival tahunan di masyarakat Pariaman. Diperkirakan festival ini telah berlangsung sejak abad ke-19 Masehi. Tabuik diambil dari bahasa Arab, yakni tabut yang memiliki makna peti kayu.
Dalam sejarah disebutkan Tabuik berasal dari orang India yang bergabung dalam pasukan Islam Thamil di Bengkulu pada tahun 1826, pada masa kekuasaan Thomas Stamford Rafles dari Kerajaan Inggris.
2. Basapa
Tradisi yang berdasarkan reliji ramai dikunjungi setiap berada di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Tepatnya di Ulakan, Padang Pariaman.
Tradisi basapa ke Makam Tuanku Syekh Burhanuddin dikenal dengan nama bersafar. Kegiatan tradisi basapa ini merupakan wisata sejarah Islam bagi umat Islam yang tidak asing lagi bagi masyarakat Komplek Makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Tapakis dan masyaraat setempat lainnya pada saat memasuki bulan safar.
Basapa ini dilakukan masyarakat sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih terhadap Tuanku Syekh Burhanuddin. Atas jasanya mengembangkan ajaran Islam di Minangkabau dan tarekatsyatarriah yang dibawa Tuanku Syekh Burhanuddin mendapat tempat di hati masyarakat Minangkabau.
Sehingga berkembanglah agama Islam di Ranah Minang. Tradisi basapa biasanya dilaksanakan pada tanggal 10 safar (bulan hijriyah) atau pada hari rabu minggu kedua dan minggu ketiga bulan safar.
Tanggal tersebut diyakini sebagai hari dimana wafatnya Tuanku Syekh Burhanuddin yaitu 10 safar 1111 H/1691 M. Basapa ke Makam Tuanku Syekh Burhanuddin ini diadakan sebanyak dua kali, yaitu sapa gadang dan sapa ketek. Sapa gadang diadakan pada minggu kedua bulan safar.
Pada saat Safar tiba, maka ribuan pengunjung berdatangan dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri seperti Malaka, Malaysia berdatangan ke Ulakan, Padang Pariaman.
3. Potang Balimau
Potang Balimau kini menjadi tradisi menjelang masuk bulan Ramadhan setiap tahun. Kegiatan ini sudah merupakan tradisi turun temurun dalam “menyucikan diri” yang dilakukan oleh anak nagari disepanjang aliran sungai Batang Maek Kecamatan Pangkalan Koto Baru di Kabupaten Limapuluh Kota.
Tradisi menyambut bulan suci Ramadhan ini dilaksanakan sesuadah shalat Zhuhur. Selain untuk mensucikan diri, sekaligus sebagai tempat bersilaturahmi antar anak nagari di kampung halaman maupun dari perantauan.
Setelah selesai, pada sore harinya para pengunjung pulang ke rumah masing-masing untuk mandi balimau dengan ramuan khusus yang dipersiapkan oleh kaum perempuan di Pangkalan.
Menariknya Potang Balimau itu adalah, ada arak-arakan kapal hias berbagai macam bentuk. Kegiatan ini diberi nama Tradisi Potang Balimau. Kegiatan ini, selain bentuk dari upaya melestarikan nilai budaya, juga sudah menjadi agenda kepariwisataan
Potong balimau sendiri terdiri dari dua kata yang diambil dari bahasa Minangkabau dengan dialek Pangkalan, yakni ‘potang’ yang memiiki arti ‘petang’ atau ‘senja hari’.
Sedangkan ‘balimau’ adalah sebuah kegiatan membersihkan diri dengan menggunakan perasan air jeruk nipis dicampur dengan bunga rampai beraroma wangi yang khas. Acara itu juga dihadiri ribuan orang setiap tahun.(*)
Comment