PADANG – Banyak negara bersaing menjadi pusat halal dunia. Negara-negara tersebut antara lain, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Malaysia dan lainnya. Indonesia yang memiliki potensi halal, seharusnya lebih berpeluang bisa menjadi pusat industri halal dunia.
Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan, lembaga konsultan Dinar Standard memperkirakan konsumsi produk halal Indonesia tahun 2025 mencapai US$ 281,6 miliar atau Rp4.033 triliun (kurs Rp14.300.US$). Konsumsi produk halal diperkirakan tumbuh rata-rata 14,96% per tahun sejak 2020 hingga 2025.
Berdasarkan laporan tahun 2022 Top 15 Global Islamic Economy Indicator Score, dari sejumlah indikator halal, skor yang diraih Indonesia berada di peringkat empat.
Peringkat satu diduduki Malaysia, peringkat dua Saudi Arabia dan peringkat tiga Uni Emirat Arab.
Khusus Provinsi Sumbar, berpotensi menjadi daerah yang terdepan sebagai pusat industri halal di Indonesia dan dunia. Pasalnya, jumlah penduduk beragama Islam di daerah ini mencapai 5,4 juta jiwa.
Sumbar juga memiliki Undang Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2022 tentang Provinsi Sumbar yang menyatakan falsafah Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) sebagai nilai masyarakat Sumbar.
“Apalagi dalam setiap kesempatan bertemu, Wakil Presiden (Wapres) juga menyatakan dukungan kepada Sumbar untuk jadi pusat industri halal,” ungkap Mahyeldi saat Seminar Internasional Global Halal Industry Opportunity and Challenges, Selasa (16/5) di Aula Kantor Bappeda Provinsi Sumbar.
Mahyeldi kembali menegaskan, untuk mewujudkan pusat industri halal dilakukan dari hulu ke hilir. Bahkan, Teluk Bayur siap dijadikan pelabuhan halal di Indonesia. Sehingga seluruh barang dan produk yang keluar masuk di Sumbar terjamin halal.
Menjadikan Sumbar sebagai pusat industri halal perwujudan dari misi nomor 4 RPJMD Provinsi Sumbar. Selain itu juga tertuang dalam program unggulan (progul).
“Ada progul menjadikan Sumbar religius dan berbudaya, menjadikan Masjid Raya Sumbar pusat ABS-SBK. Juga ada Sumbar Sejahtera yang mengarah kepada industri halal,” terangnya.
Dukungan sebagai pusat halal juga dengan keberhasilan daerah ini meraih The World Halal Tourism Award 2016. Dua kategori yang diraih, yakni World Best Halal Destination dan World Best Halal Culinary Destination. Termasuk ditetapkannya Masjid Raya Sumbar sebagai masjid dengan arsitektur terbaik di dunia.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumbar tanggal 7 April Tahun 2022, Provinsi Sumbar juga mendukung penuh upaya Indonesia menjadi pusat industri halal dunia dengan membentuk Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS).
Pemprov Sumbar bersama KDEKS juga gencar sosialisasi dan fasilitasi kepemilikan sertifikat halal bagi UMKM Sumbar. Sudah 1.423 sertifikat halal diterbitkan sejak tahun 2022.
Menurutnya, upaya mewujudkan pusat industri halal dunia saat ini, dengan mendorong konversi Bank Nagari menjadi bank syariah. Pengembangan kawasan Nagari Elok Sejahtera Syariah, mendorong koperasi menjadi koperasi syariah, mendorong koperasi menjadi koperasi syariah.
Juga percepatan zona khas berbasis kearifan lokal, menciptakan entrepreneur syariah, mendorong pengelolaan wakaf oleh nazir daerah. Untuk memperluas pemasaran produk dari Sumbar, Pemprov Sumbar juga bekerja sama dengan Minang Diaspora.
Dikatakannya, untuk mewujudkan Sumbar sebagai pusat halal dunia juga menyiapkan Padang Industrial Park (PIP). Dengan luas lahan mencapai 140 hektar, PIP siap dijadikan kawasan industri halal, untuk memperkuat ekosistem industri halal di Sumbar.
Seminar internasional itu dimoderatori Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Endrizal dengan narasumber Prof DR Irwandi Jaswir, Koordinator Riset Halal Internasional Institute for Halal Research and Training (INHART) International Islamic University Malaysia (IIUM).
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Endrizal menyatakan komitmennya mendukung Sumbar sebagai daerah pusat halal di Indonesia dan dunia.
Pada kesempatan itu, Prof. Irwandi Jaswir menilai Pemprov Sumbar sudah memiliki niat dan tekad besar untuk industri halal.
“Kita perlu bersama-sama membangun langkah ke depan untuk dirumuskan oleh stakeholder yang ada. Terutama kepada dinas terkait, karena halal ini tidak bisa jalan sendiri,” kata Irwandi.
Karena menurutnya, pada hakikatnya produk halal tidak hanya diminati kalangan muslim semata. Ke depan produk halal yang sudah direncanakan harus jalan, tidak bisa sporadis tanpa planning yang matang.
“Salah satunya daging halal, banyak diekspor ke negara non muslim, karena mereka menganggap daging halal itu lebih sehat dan lebih penting diproduksi,” katanya.(Bdr)
Comment