Pariwisata

Bangun Desa Adat Wisata, Butuh Proses dan Dukungan Masyarakat serta Pemerintah

303
×

Bangun Desa Adat Wisata, Butuh Proses dan Dukungan Masyarakat serta Pemerintah

Sebarkan artikel ini

 

BALI–Untuk mewujudkan destinasi wisata, memang makan proses. Selain itu juga membutuhkan dukungan semua pihak. Di antaranya, masyarakat lingkungan pemerintah, akademisi, media dan pihak ketiga.

Pengurus Desa Adat Tradisional Penglipuran Kubu, kabupaten Bangli, provinsi Bali Nengah Moneh, Sabu (27/11/2021) mengatakan, yang menjadi unggulan jualan destinasi desa adat ini memang budaya adat Bali. Selain dukungan sarana dan prasarana dari pemerintah, seperti sarana transportasi, penginapan, restoran (warung makan) dan dukungan sarana teknologi informasi (TI).
“Tapi, yang menjadi unggulan wisatawan domestik, Asean maupun Mancanegara atraksi budaya adat Bali, yang lestari hingga sekarang,” ujar Nengah di hadapan rombongan Studi Tiru Dispar Sumbar melalui Pokir Anggota DPRD Sumbar Evi Yandri Rajo Budiman.

Pengurus Desa Adat Tradisional Penglipuran Kubu Bangli Bali Nengah Moneh paparkan proses jadi desa adat yang dikenal mancanegara

Ditambahkan Nengah, membangun desa adat ini tidak memakan waktu yang instan. Desa ini mulai dibenahi menjadi destinasi wisata sejak tahun 1990-an silam. Tapi, ini dilatarbelakangi niat dan kemauan yang kuat dari masyarakat sekitarnya. Di mana pengurus Desa Adat dibekali pemerintah dengan studi banding, FGD (Forum Group Discuss) dan pelatihan manajerial.

BACA JUGA  Tinjau Lokasi Banjir Bandang Malalo, Gubernur Beserta Istri Salurkan Bantuan

Namun, yang tak kalah pentingnya dukungan dari unsur media, baik cetak, elektronik dan Medsos. Juga tak kalah urgennya dukungan unsur akademisi dengan melakukan penelitian dan sebagainya. Desa adat ini tak saja dikenal di level domestik, akan tetapi sampai Asean dan Mancanegara.

“Di sisi lain, peran Kelompok Pariwisata (Pokdarwis) di Desa Adat Penglipuran ini juga cukup strategis dalam mengelola atraksi budaya yang sifatnya kontinua dan berkelanjutan,” unkap Nengah, di samping Kabid Sumberdaya Pariwisata dan Ekraf Dispar Sumbar Drs Mulyadi Yanis.

Awal mula keberadaan Desa Penglipuran sudah ada sejak dahulu, sejak zaman Kerajaan Bangli. Para leluhur penduduk desa ini datang dari Desa Bayung Gede dan menetap sampai sekarang, sementara nama “Penglipuran” sendiri berasal dari kata Pengeling Pura yang mempunyai makna tempat suci untuk mengenang para leluhur.

BACA JUGA  Manjakan Wisatawan, Meski Pandemi Komplek PWI Ngarai Sianok Terus Menggeliat

Desa Adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. Sehingga dengan demikian Desa Adat Penglipuran merupakan obyek wisata budaya. Keasrian Desa Adat Penglipuran dapat dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa dengan hijau rerumputan pada pinggiran jalan dan pagar tanaman menepi sepanjang jalan, menambah kesejukan pada daerah prosesi desa.
Pada areal catus pata setelah prosesi tersebut, merupakan areal tapal batas memasuki Desa Adat Penglipuran. Balai wantilan dan fasilitas kemasyarakatan serta ruang terbuka pertamanan, merupakan daerah selamat datang (Welcome Area).. Areal berikutnya adalah areal tatanan pola desa, yang diawali dengan gradasi ke fisik desa secara linier ke arah kanan dan kiri.

BACA JUGA  Sumbar Punya Kuota 10 Event Diusulkan masuk Kharisma Event Nusantara.

Lokasi Desa Adat Penglipuran
Desa adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu di Kecamatan Bangli, Kabupaten Dati II Bangli. Luas desa adat Penglipuran kurang lebih 112 ha, dengan batas wilayah desa adat Kubu di sebelah timur, di sebelah selatan desa adat Gunaksa, dan di sebelah Barat Tukad Sang-sang, sedangkan di sebelah utara desa adat Kayang.Desa Adat Penglipuran terletak di kaki Gunung Batur pada ketinggian 700 meter dpl. Desa Adat Penglipuran terletak pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 Km dari pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota Denpasar. (drd)

Comment