PADANG – Hingga sepekan mendatang masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bahaya hidrometeorologi dalam. Bahaya tersebut dapat berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor maupun angin kencang.
“Benar informasi dari BMKG Sumbar termasuk daerah yang akan dilanda cuaca ekstrem sepekan ke depan, 21 – 27 November 2020,”sebut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Erman Rahman, Minggu (22/11).
Dikatakannya, selama ini masyarakat mengenal jargon ‘Kenali bahaya, kurangi risiko,’ sehingga masyarakat diharapkan dapat mengantisipasi dan meminimalkan dampak bencana. Menyikapi potensi bahaya, masyarakat dapat memanfaatkan informasi cuaca, salah satunya aplikasi teknologi berbasis telepon pintar Info BMKG untuk mengakses informasi cuaca hingga tingkat kecamatan.
Melalui aplikasi yang disediakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), warga dapat mempersiapkan diri dan keluarga dalam menghadapi cuaca.
Sementara itu, BMKG telah merilis potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah Indonesia. Berdasarkan analisis cuaca, BMKG memprakirakan dalam periode waktu tersebut potensi cuaca ekstrem dan curah hujan berintensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang berpotensi terjadi di wilayah berikut.
Selain Sumatra Barat, daerah lainnya yakni Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Analisis Cuaca BMKG
BMKG menginformasikan bahwa sirkulasi siklonik terpantau di Samudera Hindia barat Bengkulu dan di Laut Jawa selatan Kalimantan. Keadaan ini membentuk daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di perairan utara Aceh, mulai dari Sumatera Utara hingga perairan barat Bengkulu, di Selat Karimata bagian utara, Papua bagian barat hingga Maluku bagian selatan, serta dari Kalimantan Tengah hingga Selat Karimata bagian selatan.
“Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Sabtu (21/11).
Lebih lanjut, Guswanto menyampaikan, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam sepekan ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
“Kondisi tersebut diperkuat oleh aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby Ekuatorial di wilayah Indonesia dalam periode sepekan ke depan,” tambahnya.
Longsor Sitinjau
Sebelumnya, Material longsor menutup sebagian jalan lintas Padang – Solok di Sitinjau Lauik, Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sabtu (21/11). Longsor terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah itu sejak siang hingga sore.
Akibatnya, akses lalu lintas Padang – Solok, sempat macet total akibat ruas jalan tertimbun material longsor.
Informasinya, bencana longsor yang dipicu hujan deras ini terjadi sekitar pukul 14.30 WIB, Sabtu, 21 November 2020. Material longsor bahkan menutup dua pertiga badan jalan Lintas Sumatera itu.
Dari pengamatan BPBD, kemacetan akibat tanah longsor di Sitinjau Laut ini bahkan menumpuk kendaraan sepanjang 3 kilometer dari arah Padang maupun dari Solok.(Bdr)
Comment