PADANG–Ketua DPRD Kota Padang Syafrial Kani Dt Rajo Jambi SH menyayangkan ketidakhadiran Walikota Padang Mahyeldi dalam rapat mempertanyakan terkait gagalnya Penas KTNA 2020 di Kota Padang. Walikota diundang ke gedung bulek Sawahan Jalan Agus Salim Padang bersama pejabatnya, Jumat (13/12).
Namun, yang menghadiri undangan para anggota parelemen di bilaangan Jalan Agus Salim Sawahan hanya Sekdako Padang Amasrul dan beberapa pejabat terkait. “Kita menyayangkan ketidakhadiran Walikota Padang Mahyeldi ketika diundang rapat ke DPRD Padang dalam hal mempertangakan keagagalan Kota Padang sebagai lokasi Penas KTNA 2020, yang sedianya lokasi direncanakan di belakang Kantor Balaikota Aie Pacah,” ujar Syafrial Kani Dt Rj Jambi ketika ditemui di sela-sela Silaturahmi Saciok Bak Ayam, Sadanciang Bak Basi Anak Nagari Pauh Si Ampek Baleh di pusat kuliner FKAN Pauh IX Kuranji, Jumat malam (13/12).
Dikatakan Syafrial, sehingga karena rapat Jumat itu, terpaksa diskor hingga Walikota Padang Mahyeldi menghadiri rapat soal Penas tersebut. Pada kesempatan itu dewan juga memepertanyakan kenapa walikota tidak hadir menyangkut undangan rapat soal Penas tersebut. Sebab, hal ini menyangkut hajat hidup orang banyak warga Kota Padang.
Baik sisi ekonomis maupun di sisi jejak fisik nantinya setelah agenda nasional tersebut usai. Di sisi ekonomis, jika kehadiran tamu di kota ini mencapai 60 ribu orang, lalu mereka berbelanja selama kegiatan tersebut Rp5 juta. Lalu angka 60 ribu tadi dikalikan Rp5 juta saja,maka akan beredar uang di Kota Padang lebih kurang Rp 300 miliar. Belum lagi, jejak fisik yang akan ditinggalkan kegiatan nasional Penas KTNA 2020 tersebut, seperti di Aceh menyisakan pembangunan satu unit jembatan dan satu gedung pangan.
Namun, yang lebih memiriskan, diperkirakan sekitar 5.000 rumah warga akan dimanfaatkan untuk penginapan tamu kegiatan Penas tersebut. Sementara, rumah yang akan diplot menjadi penginapan tamu penas itu sudah didata SKPD terkait Pemko Padang. Buntutnya, warga telah meminjam ke sana kemari sebagai modal untuk rehabilitasi rumah mereka. Pinjaman mereka para warga tersebut, mencapai lebih kurang Rp20 juta untuk melakukan rehabilitasi rumah mereka.
Namun, tiba-tiba saja, tidak ada angin dan hujan Penas KTNA 2020 gagal dilaksanakan di Kota Padang, sehingga masyarakat yang telah melakukan rehabilitasi rumahnya “tapakiak “ . Dari mana uang modal tersebut akan dikembalikan, yang rencananya akan dibayarkan setelah kegiatan Penas berlangsung.
Maka, hal ini harus menjadi catatan kepala daerah, bagaimana solusinya. Sebab, masyarakat melemparkan rencana akan menuntur kepada Pemko Padang sebagai konvensasi dari kegagalan Penas di Padang. “Namun, disayangkan hingga sekarang belum bisa dijawab tuntutan masyarakat tersebut karena, walikota yang diundang Rapat tidak hadir,” ujar Syafrial.
Tapi, konon katanya, saat undangan tersebut Wako keluar daerah ke kabupaten dan kota. Sementara, ini kegiatan yang menyangkut hajat hidup warga Padang dia tak dihadiri. (rjk)
Comment