PADANG – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat berupaya untuk mempertahankan populasi kerbau di Sumbar. Kare populasi kerbau secara keseluruhan mulai menurun dari 120 ribu ekor menjadi 90 ribu ekor.
“Dari data terakhir yang tercatat di Kementrian Pertanian populasi kerbai kita hanya berkisar 90 ribu ekor, jumlah itu turun dari sebelumnya yang mencapai 120 ribu ekor,”ungkap Kepala Dinas Peternakan Sumbar, Erinaldi kemarin.
Dikatakannya, pihaknya memang tidak mendapatkan data secara detail populasi kerbau Sumbar. Meski begitu, pada sejumlah daerah produksi kerbau Sumbar masih stabil. Daerah itu seperti, Pesisir Selatan, Agam, Padang Pariaman, Sawahlunto dan Sijunjung.
“Jika kita hitung, tingkat kelahiran itu sebanyak 20 persen dari populasi, kita perkirakan pertumbuhan populasi kerbau masih stabil,”sebutnya.
Meski begitu, agar ternak ciri khas orang Minang ini tidak terjadi pengurangan drastis, Dinas Peternakan Sumbar memberikan bantuan kerbau betina bagi kelompok tani di Kabupaten Agam. Kerbau ini khusus untuk menjadi penghasil dadih (susu fermentasi).
“Kita kan punya makanan khas dari susu kerbau, dadih. Jika kerbaunya tidak ada lagi, maka dadihnya juga tidak ada. Makanya kita berikan bantuan satu kelompok di Agam, agar makanan dadih ini tetap lestari,”ulasnya.
Menurutnya dengan bantuan kerbau betina itu, selain dapat memproduksi susu. Nantinya juga dapat dijadikan indukan. Dengan itu kelompok tani juga dapat mengembangbiakan kerbau bantuan.
Selain memberikan bantuan tersebut, Dinas Peternakan Sumbar juga telah menjalankan program Sapi Indukan Wajib Bunting (Siwab) melalui Inseminasi Buatan (IB) yang telah tiga tahun digulirkan.
Data saat ini jumlah populasi sapi di Sumbar mencapai 300 ribu sampai 400 ribu ekor, sedangkan kerbau 90 ribu ekor. Jumlah itu akan terus ditingkatkan ke depan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas komoditas daging.
Erinaldi menyebut program Siwab sudah tiga tahun bergulir di Sumbar dengan hasil yang cukup menggembirakan. Pada 2017 pencapaian IB sebanyak 103 ribu ekor sapi, meningkat pada 2018 menjadi 106 ribu ekor sapi.
Meskipun data realisasi IB mengalami peningkatan pada 2018, namun sebenarnya realisasinya lebih tinggi karena dinas terkait sudah menyiapkan dana operasional IB untuk 120 ribu ekor sapi.
Pelaksanaan IB terbanyak pada 2018 terdapat di Kabupaten Padangpariaman dan Kabupaten Tanah Datar. Selain di dua daerah itu, masih banyak daerah yang mengandalkan sapi peliharaan di lahan sawit, yang sifatnya semi intensif.
Anggaran yang disediakan untuk IB satu ekor sapi sebesar Rp30 ribu, sehingga jika dijumlahkan mencapai sekitar Rp4 miliar. Sementara untuk operasional petugas lapangan sekitar Rp2 miliar untuk satu kali pemeriksaan sapi bunting sehingga totalnya mencapai Rp6 miliar.
Pada tahun 2018 kelahiran anak sapi tercatat 46 ribu ekor melalui IB. Jika nilai satu sapi saja rata-rata Rp5 juta, maka nilainya secara keseluruhan mencapai Rp250 miliar. (Bdr)
Comment