PADANG- Executive General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Dwi Ananda Wicaksana mengatakan mulai H-6 lebaran Idul Fitri 2019, jumlah penumpang yang mendarat di BIM mulai ada peningkatan.
Catatan terakhir pada hari Rabu (29/05/2019) kemarin ada 9.700 penumpang yang ada di BIM. Menigkat cukup tinggi dibanding hari biasanya yang hanya sebanyak 7.700 penumpang.
“H-6 meskipun belum final tapi sudah mulai ada peningkatan,” kata Dwi Kamis, (30/05/2019).
Diakuinyq, dibanding tahun sebelumnya, jumlah penumpang yang melewati BIM cukup menurun. Tahun lalu ketika memasuki H-6, penumpang yang melewati BIM mencapai 13 ribu lebih.
Namun kenyataan kemarin baru 9.700 penumpang.
Saat melakukan peninjauan arus mudik H – 6 di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit sempat menanyakan harga tiket pesawat kepada masyarakat yang tengah menunggu antrian.
“Meskipun harga tiket pesawat tengah melonjak sejak akhir tahun lalu terlebih pada musim mudik ini, namun jumlah perantau yang pulang kampung ke Sumbar tetap tinggi karena juga banyak yang mudik lewat jalur darat. Sekarang tidak terkonsentrasi di pesawat. Lebih merata karena bus-bus juga bagus dan memadai,” ujar Nasrul Abit disela-sela peninjauan.
Dikatakanya, dari pantauan arus mudik di BIM. Ia mendapati tiket dari Jakarta menuju Padang masih terbilang mahal mengingat tiket untuk sampai tanggal 8 Juni sudah penuh. Jadinya pemudik yang belum kebagian tiket harus membeli tiket pesawat yang harus transit lebih dahulu ke kota lain. Sehingga pemesan harus membayar sehrga dua penerbangan untuk ke Padang. Tapi untuk tiket dari Padang ke kota lain seperti ke Jakarta kata Nasrul masih dalam tahaapan normal. Seperti tarif pesawat Garuda dari Padang ke Jakarta masih sekitar Rp 1.400.000.
“Yang mahal untuk pulang ke Padang. Kalau dari Padang ke Jakarta masih normal,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Otoritas Bandara Wilayah VI, Agoes Soebagio mengatakan maskapai Lion Air sudah mulai mengaktifkan extra flight untuk angkutan lebaran Idul Fitri 2019.
Menurutnya, pesawat extra flight ini punya kapasitas dua kali lipat lebih besar dari pesawat biasa. Sehingga pelayanan warga yang mudik dengan angkutan udara jadi lebih besar.
Ia berharap maskapai lain seperti Garuda, Citilink, Sriwijaya dan lain-lain juga segera menurunkan extra flight agar harga tiket pesawat tetap terkendali.
“Kita mendorong semua maskapai agar gunakan extra flight supaya harga tiket terkendali,” katanya.
Ditambahkannya, saat ini harga tiket dari Jakarta ke Padang sangat mahal karena pesawat yang tersisa hanya pesawat transit dari kota lain. Sehingga pemesan harus membayar penerbangan sebanyak dua rute sampai di Padang. Sehingga ongkos yang harus dikeluarkan jauh lebih tinggi.
“Contohnya pesawat dari Jakarta ke Padang transit ke Medan. Sehingga pemesan harus membayar senilai tiket ke Jakarta ke Medan kemudian dari Medan ke Padang. Ada juga pesawat dari Jakarta ke Padang yang transit ke Batam, Pekanbaru atau kota lainnya,” ujarnya.
Dengan harga tiket pesawat yang tinggi ini, ungkap Agoes, jumlah pemudik yang menggunakan transportasi udara berkurang. Untuk wilayah Otoritas Bandara Wilayah VI rata-rata turun 20 persen sampai 30 persen. Dibanding tahun lalu, semuanya menurun rata-rata di atas 20 persen.(bdr)
Comment